Isekai Yurutto Survival Seikatsu Chapter 115 - 121「R18」Bahasa Indonesia

Dengan Shiori, Ngobrol di api unggun. R18 di tengah badai. Jalan jalan denganSofia. Light Novel Easy Survival Life in The Other World Chapter 115-121.

【115: Dengan Shiori di belakang tempat persembunyian (R18)】

Aku dan Shiori mengambil satu futon yang baru dikeringkan dan lalu pergi ke bagian belakang tempat persembunyian.

Shiori yang berjalan di depanku, dan aku mengikuti di belakangnya.

Setelah berjalan beberapa saat, aku secara tidak sengaja bertanya.

"Seberapa jauh kita akan memasuki ke dalam gua?" (Hokage)

Aku menanyakan itu karena kami telah masuk ke titik bahwa itu sudah cukup dalam.

Itu adalah tempat yang dalam sejauh yang kutahu, tempat persembunyian yang belum sepenuhnya memahami keseluruhan tempatnya.

Sinar matahari yang menyinari danau menghilang, dan sekelilingnya gelap seperti tengah malam.

Jika ini adalah film horor, mungkin kamin akan menemukan salah satu kerangka dengan menyalakan lampu.

"Kukira disini saja, boleh kan?" (Shiori)

Shiori berhenti.

Shiori bisa melihatku karena dia memiliki mata yang bagus. Meski begitu, aku hanya bisa menangkap bayangan Shiori secara tipis saja.

Ini benar-benar gelap.

"Di sini gelap dan aku tidak bisa melihatnya dengan baik." (Hokage)

"Bukankah itu bagus?" (Shiori)

Shiori menekan futon ke arahku dan berjongkok di tempat.

aku tidak tahu apa yang dia lakukan.

"Disini tidak lembap dan sepertinya tidak apa-apa untuk meletakkan futon." (Shiori)

Sepertinya Shiori sedang memeriksa apakah tanahnya basah.

Setelah Shiori bilang seperti itu, aku meletakkan futon di tanah.

Futon yang dibuat oleh tim kerajinan tangan itu nyaman dan empuk di dunia ini.

Ketika aku meletakkan futon, Shiori mendesak aku untuk duduk seperti itu.

Alih-alih kata-kata, Shiori menekan ringan bahuku dengan tangannya.

Dengan begitu, aku meletakkan kaki bersilang di atas futon.

Shiori duduk di belakangku dan memegang daun telingaku.

Desahannya masuk ke telingaku. Ini menggelitik dan terasa nikmat.

Selanjutnya, Shiori telah meletakkan kedua tangan di pakaianku.

Shiori membelai dengan lembut dari perutku hingga dada, Kemudian Shiori melepas pakaian apa adanya.

Saat bagian atas tubuhnya telanjang, tangan Shiori langsung beralih ke bagian bawah tubuhku.

(Dengan situasi gelap begini rasanya tidak buruk juga ...)

Dalam kegelapan, aku dipermainkan oleh tangan Shiori.

Dari belakang, aku ditimpa karena kenyal, kenyal, dan lengket.

"Ini sudah tegang ya." (Shiori)

"Aku sudah ereksi sebelum kita memulainya."(Hokage)

"Libido Hokage-kun tidak berdasar." (Shiori)

Shiori datang di depanku dan melepas celanaku.

Celanaku dilepas bersama dengan celananya, dan dalam sekejap mata, dia menjadi telanjang.

"Dingin juga yah..." (Hokage)

Suhu sudah dingin dari akhir November, dan suhu di tempat ini lebih rendah daripada di luar.

Itu cukup dingin.

"Kalau begitu kita harus memasuki futon secepatnya" (Shiori)

Aku dengan lembut dibaringkan dan selimut diletakkan di tubuhku.

Shiori masuk di sebelahku dan menggeser tubuhnya ke bawah.

"Oh……" (Hokage)

Penisku yang naik terbungkus kehangatan.

Shiori mengisap penisku dari futon.

"Mmm……!"

Futon bagian bawah bergetar hebat ke atas dan ke bawah.

Akibatnya, panas yang terperangkap keluar sedikit, dan pada saat yang sama, kenikmatan datang.

Kasurnya menghalangi dan aku tidak bisa melihat Shiori, tapi aku bisa merasakan bahwa penisku tertutup air liurnya.

(Sepertinya ini akan terus berlanjut)

Saat aku memikirkan itu, Shiori menghentikan blowjobnya.

Selimut dipindahkan ke samping, tubuh bagian atas diangkat, dan itu mengangkangi aku.

"Sudah saatnya aku juga ingin merasakan kenikmatan juga." (Shiori)

Shiori mulai melepas pakaiannya setelah mengatakannya. Namun, dia tidak telanjang.

Shiori hanya melepas bra dan celananya. Kemejanya terbuka dengan kancing dilepas. Roknya masih dipakai.

"Ini lebih erotis daripada telanjang." (Hokage)

Bahkan dalam kegelapan yang hampir tidak terlihat, aku bisa mengetahui erotismenya.

Aku juga mengangkat tubuh bagian atasku dan melingkarkan tanganku di tubuh Shiori.

Aku memegang pinggul Shiori dengan lengan kiriku dan memegang punggungnya dengan lengan kananku.

Kemudian, aku mendorong wajahku ke dalam kemeja yang terbuka dan menghisap dada Shiori.

"Ahhh" (Shiori)

Shiori mendesah kecil. Saat aku menghisap putingnya, suara desahan Shiori menjadi lebih keras.

(Ahh, aku tidak tahan lagi...)

Aku melahap Shiori yang menggantung kedua lengannya dengan longgar tanpa kekuatan.

Aku mengisap kedua puting Shiori, menjilati tubuhnya, kemudian aku mendekatkan wajahku dan wajahnya lalu menciumnya.

Jus cinta meluap dari lubang vaginanya yang mengenai penisku.

"Aku akan memasukkannya ya" (Hokage)

Shiori berdiri satu tangan dengan lengan kirinya, tubuhnya melayang sedikit.

Aku memegang penisku dengan tangan kananku dan memasukkannya sesuai sudut ke arah lubang vaginanya.

Kemudian, aku masukkan pernisku secara perlahan.

Penisku yang ereksi penuh dengan mudah masuk sampai dalam.

"Ahhhh!" (Shiori)

Suara Shiori yang diwarnai dengan kenikmatan bergema.

Meskipun aku baru saja memasukkannya, tubuh Shiori sudah gemetar.

Air liur Shiori tumpah dari tepi mulut dan desahan napasnya kasar.

"Hanya dengan memasukkannya kamu sudah keluar?" (Hokage)

"Karena ..." Shiori bergumam tanpa daya.

Shiori tidak mengatakan apa-apa lagi dan melingkarkan lengannya ke leherku.

"Sekali-sekali, aku ingin posisi duduk?"

Biasanya, kami melakukan seks pada posisi misionaris atau doggy style.

Namun, kali ini, aku memutuskan untuk menikmatinya dalam posisi duduk berhadap-hadapan.

Sambil memegang tubuh Shiori, aku menggerakkan pinggulku dengan keras dalam langkah-langkah kecil.

"Ahh! Luar biasa! Luar biasa! Hokage-kun!" (Shiori

Kaki Shiori melilit di pinggangku. Lengannya di leherku juga menegang penuh dengan kekuatan.

"Ini baru awalnya loh" (Hokage)

Aku pikir posisi duduk berhadap-hadapan adalah yang terbaik untuk pertarungan ketahanan.

Karena rangsangan fisiknya lemah, butuh waktu untuk menikmatinya. Namun, penis tidak akan loyo dalam posisi itu.

Ini karena aku senang melihat wajah pihak lain yang didominasi oleh erotisme dari dekat.

"Bagaimana! Shiori!" (Hokage)

"Nikmatnya ...!" (Shiori)

Shiori berbicara di bahu kananku dan terengah-engah di sekitar telingaku.

Desahan panasnya tumpah di telinga dan wajahku.

Ketika seks menjadi intens, kami tidak merasa kedinginan.

Sebaliknya, kami saling berkeringat.

"Ahh, Aku sudah tidak tahan lagi……" (Shiori)

Shiori sudah tidak dapat menahan cumnya lagi. Itu naik lagi dan lagi. Tubuhnya hambir terkulai lemah.

"Kalau begitu aku akan cum juga" (Hokage)

Aku tidak bisa cum dalam posisi duduk berhadap-hadapan.

Oleh karena itu, aku meletakkan Shiori di futon dan beralih ke posisi misionaris.

Aku memegang pergelangan kaki Shiori, dan membuka kakinya kemudian aku menggoyangkan pinggulku.

"Pikiranku ... mejadi ...putih ..." (Shiori)

Shiori meneteskan air liur. Tampaknya dia tidak memiliki energi yang cukup untuk terengah-engah, dan dia bernafas.

Namun, vaginanya mengencang sangat kuat.

"Aku akan mengeluarkannya di dalam, boleh kan?" (Hokage)

Aku tidak langsung mendapat balasan.

Jangan jangan Shiori sudah lemas.

Sambil masih menggoyangkan pinggulku tanpa ampun, Shiori membuka mulutnya.

"Ha~ha~ha". Sambil membuat suara desahan Shiori mengatakannya dengan sekuat tenaga:

"Yang banyak keluarnya... silahkan..." (Shiori)

"Serahkan padaku" (Hokage)

Aku menggerakkan pinggulku dengan keras.

"Ahh ~ Ahn! Hokage-kun! Hokage-kun!" (Shiori)

Sampai titik ini Shiori sudah mengeluarkan tenangnya. Enaknya, Apakah aku juga akan mengeluarkan seluruh tenagaku juga?

"Ohhh!"

Aku menggoyangkan pinggulku bahkan lebih keras dan dipercepat hingga batasnya.

Untuk menerobos garis ejakulasi, aku mengkonsentrasikan rangsangannya ke bagian kelenjar.

Saat batas itu terlampaui, aku mendorong penisku ke bagian dalam vagina Shiori.

"Ahhhhhhh!"

Sperma yang sudah terkumpul dipenisku dikeluarkan.

Karena itu adalah ejakulasi pertama dalam beberapa hari, itu adalah jumlah yang tidak biasa.

"Wow ... keluarnya sangat banyak, Shiori" (Hokage)

"Ya, keluarkanlah sperma yang banyak....." (Shiori)

Setelah itu kami kelelahan bersama.

【116: 'If' Part 1】

Note: Bagi yang belum tahu 'IF' diterjemahkan ke Indonesia 'Jika'. Ini permainan menghayal. Contohnya seperti "Jika aku mempunyai 1 Triliun aku akan...."

Beberapa jam setelah menikmati seks dengan Shiori.

Saat itu malam, setelah makan malam, dan saat waktu mandi dimulai.

Didekat pintu masuk tempat persembunyian. Ada 12 orang berkumpul, tidak termasuk Tanaka dan Kageyama.

Tanaka dan Kageyama sedang menuju ke danau dengan bak mandi untuk mandi.

Muscle melakukan push-up di kejauhan.

Di sekitarnya, Yoshiokada menggambar cetak biru sambil membaca e-book.

Aku duduk di sekitar api unggun dengan para wanita dan mengobrol.

"Ayo kita bicarakan hal menarik." (Karin)

Karin yang mengusulkan sebuah permainan.

"Cerita 'IF' sepertinya menarik." (Karin)

"Cerita 'IF'? Apa itu?" (Hokage)

Aku memiringkan kepalaku. Sepertinya yang lain juga belum mengerti.

" 'Jika ○○ maka aku akan', seperti itulah." (Karin)

Karin menjelaskan pembicaraannya.

"Misalnya, jika kalian memenangkan 300 juta yen dalam lotere." (Karin)

"""Jadi begitu"""

Semua orang mengerti tentang pembicaraannya.

Lalu aku berkata sambil tersenyum.

"Sepertinya selain Sofia itu adalah khayalan jika mendapatkan itu." (Hokage)

"Moo, tidak sopan, Shinomiya-sama. Aku juga ingin―――" (Shiori)

"Benarkah? Kamu ingin memenangkan lorete" (Hokage)

"Iya!" (Sofia)

Sofia yang menggembungkan pipinya.

"Jika sekitar 300 juta yen, ayah Sofia akan memberimu seperti uang saku, kan?" (Arisa)

Arisa ikut dalam pembicaraan.

"Itu memang benar sih." (Sofia)

Sofia tidak menyangkal itu.

Memang hebat putri dari Micronsoft, salah satu perusahaan dengan kapitalisasi pasar yang tertinggi di dunia.

Mungkin Total aset ayahnya melebihi 10 triliun yen.

"Lotre Amerika itu lebih mahal daripada Jepang." (Sofia)

"Ah, benar juga! Kamu menghabiskan waktu di Amerika sampai tahun lalu kan!" (Mana)

Mana mengatakan bahwa dia mengerti itu.

"Ya" Sofia mengangguk dengan wajah lurus.

"Ada tiket lotre yang disebut 'Ultra Ball' di Amerika Serikat, dan dikatakan bahwa jumlah kemenangan tertinggi sejauh ini adalah sekitar 1,8 miliar dolar." (Sofia)

"Berapa 1,8 miliar dolar dalam yen Jepang!" (Arisa)

Arisa terkejut dan berteriak.

"Mungkin sekitar 200 miliar yen? aku melihat nilai tukar yen terhadap dollar adalah 110 yen per dolar di berita." (Shiori)

"Itu benar." (Sofia)

Setelah Shiori menjawab pertanyaan Arisa, Sofia meyakinkannya.

"200 miliar yen... Hebat yah Amerika itu..." (Arisa)

"Jadi, aku juga pernah menghayal tentang itu." (Sofia)

Sofia menajamkan bibirnya dan menatapku.

"Aku minta maaf." (Hokage)
Aku tersenyum dengan senyum pahit dan menganggukkan kepala bahwa telah mengerti itu.

"Sepertinya ini sudah keluar dari topik yah. Jadi, Karin, apakah kita akan bercerita 'IF' ini?" (Hokage)

Aku menanyanyakan pada Karin.

"Ya" Karin mengangguk dan kemudian mulai berbicara.

"Ini pertanyaan untuk semuanya selain Hokage, pertanyaannya adalah bagaimana jika kalian tidak bertemu Hokage di pulau ini?"

"Kalau itu aku tidak ingin memikirkannya deh..."

Aku mendengar suara dari belakangku.

Ini Eri yang menjawab pertanyaan Karin.

Dia lelah karena menstruasi, jadi dia berbaring di atas futon.

Sepertinya ada aturan untuk tidak mandi pada hari pertama menstruasi dengan pertimbangan kekuatan fisik.

"Kami akan bergabung dengan grup Sumeragi dan jika Byakuya meninggal kami akan ikut grup Reito. Jika tidak ada Hokage aku pikir untuk bertahan hidup akan kesulitan, dan juga tanpa Hokage kami tidak dapat membuat api dengan benar." (Mana)
(TLN: kata 'Kami' itu menurut Mana adalah grup yang di pimpin oleh Mana sendiri, yaitu Arisa, Eri, dan Karin.)

Kata-kata Mana selaras dengan Arisa, Eri, dan Karin.

"Aku ingin tahu apakah kita akan sama pada akhirnya," lanjut Meiko.

Adiknya, Hinako, mengangguk vertikal dan setuju.

"Namun, bahkan jika kami tidak bertemu Shinomiya-kun, kupikir kami akan keluar dari grup Sumeragi. Setelah keluar, kami akan mencoba yang terbaik untuk melakukan sesuatu sendiri pada awalnya, tetapi pada akhirnya, aku merasa seperti akan kembali ke grup Sumeragi karena aku bahkan tidak bisa membuat api dengan benar. Baik aku maupun Hinako tidak memiliki keberanian untuk bunuh diri, dan aku pikir pilihannya hanya tinggal diperkosa saja.” (Meiko)
(TLN: kata 'Kami' itu menurut Meiko adalah Meiko dan Hinako.)

"Benar juga. Begitu Byakuya yang memimpin dan membuat sistem Pemerkosaan! dan itu adalah situasi yang terburuk!" (Arisa)

Arisa sepertinya ingat sekarang.

Meski begitu, "sistem pemerkosaan" adalah nama yang mengerikan.

Bisa dibilang aneh.

"Situasi kami tidak akan berubah. Aku keluar karena aku mengetahui tentang Shinomiya-sama dan semua orang yang telah meninggalkan tim Sumeragi." (Sofia)

Amane yang duduk di sebelahnya melanjutkan, "Itu persis seperti yang dikatakan ojou-sama itu."

"Namun, jika aku tidak bertemu Shinomiya-sama, itu pasti lebih sulit daripada sekarang. Saat ini, aku mungkin akan pingsan karena kekurangan gizi." (Sofia)

Karin menepuk kedua tangannya sekali dan merangkum ceritanya.

"Jadi semua gadis di sini, termasuk aku, berterima kasih kepada Hokage." (Karin)

"Jika kamu bilang begitu aku jadi malu" (Hokage)

Dunia tidak berubah bahkan jika aku pergi.

Kecuali jika situasinya berbeda, mungkin akan berpikir seperti yang lainnya.

Seperti biasa, aku pikir begitu, tetapi tampaknya berbeda di dunia ini.

Ketika aku diberitahu lagi, aku pikir aku pasti memiliki kehadiran yang kuat di sini.

"Berikutnya adalah pertanyaan hanya untuk Hokage." (Karin)

"Silahkan" (Hokage)

Aku memukul dadaku saat aku menunggu pertanyaan Karin.

Gadis-gadis itu juga menantikannya seperti berbicara 'pertanyaan seperti apa yang akan ditanyakan'.

"Bagaimana jika tidak ada gua di pulau ini?" (Karin)

"Sebuah gua juga termasuk tempat persembunyian, kan?" (Hokage)

"tentu saja". Karin mengangguk .

"Uhya, jika itu mungkin akan sulit!" (Hokage)

Meskipun itu adalah pertanyaan untukku, Arisa menjawab untuk beberapa alasan.

"cerita 'IF' itu terlalu sulit." Gadis-gadis lain juga berkata itu.

Di sisi lain, aku tidak berpikir itu begitu sulit.

Karena itu, aku menjawab dengan tatapan tegas.

"Jika seperti itu―――"

【117: 'If' Part 2】

"Jika tidak ada gua di pulau ini" (Hokage)

Menanggapi pertanyaan ini, aku menjawab sebagai berikut.

"Tentu saja. aku hanya membuat tempat tidur." (Hokage)

"Benar benar deh, jika Hokage sepertinya itu terlihat mudah yah." (Mana)

Kata-kata Mana membuat para gadis tertawa terbahak-bahak.

"Aturannya memang begitu kan. Yang utama adalah mengamankan air dan tempat tidur." (Hokage)

"Ya, tapi bagaimana cara membuatnya?" (Mana)

"Maksudku memang seperti itu tadu." (Karin)
Karin terlihat menyesal mempertanyakan hal sebelumnya.

“Membuat tempat tidur itu mudah. ​​Pertama, kumpulkan beberapa cabang pohon besar dan buat kerangka dengan menyandarkannya dari kiri dan kanan. Kemudian, letakkan daun di atasnya dan selesai. Karena daunnya akan rontok, mungkin lebih baik menenun daunnya agar tidak terbang.Tidak, karena kualitas tanah liatnya bagus di pulau ini, semut juga mengoleskan tanah liat ke daunnya. untuk membuat bahan lantai. Jika aku tidur di tanah seperti itu, itu akan menyakiti punggungku, dan yang terpenting―――... " (Hokage)

Saat berbicara, pikirkan mana yang lebih efisien dan lebih fungsional.

Ketika melakukannya, ada yang melambaikan tangan di depanku. Dan yang melambaikan tangan untuk menyadari ku adalah tangan Arisa.

"Hei, kau sudah memasuki dunia itu sendirian!" (Hokage)

"Ah, Maff" (Hokage)

Para gadis tertawa dengan seringai.

“Yang terpenting, di lingkungan pulau ini, tidur tidak masalah. Namun, tidur alami tidak nyaman untuk tidur dengan sanjungan. aku bisa tidur, tetapi Mana dan yang lainnya menjadi gila. Tidak ada keraguan tentang itu.” (Hokage)

"Benar benar seperti yang diharapkan" (Karin)

Dengan mengatakan itu, Karin beralih ke pertanyaan berikutnya.

"Lalu, bagaimana jika kita lupakan gua dan ada serangga yang menghuni saat ini?" (Karin)

"mustahil itu mustahil bagiku!" (Arisa)

Aris berteriak.

"Sudah kubilang kenapa kamu yang menjawabnya!" (Hokage)

Kali ini aku bergegas men-tsukkominya.

"Gahaha!" Arisa tertawa senang.

"Tapi nyatanya, jika serangga hidup di dalamnya, tingkat kesulitannya akan melonjak." (Meiko)

Semua orang mengangguk. Aku pun mengangguk.

"Jadi bagaimana Hokage?" (Karin)

Karin bertanya lagi.

"Aku akan mengabaikan serangganya tergantung dari jenisnya―――." (Hokage)

"Kamu mengabaikan serangganya?" (Arisa)

"Sudah kuduga kau akan mengatakan itu Arisa" (Mana)

Semua orang terkesan itu. aku juga terkesan. Hanya Arisa yang tertawa.

“aku akan mengulanginya lagi karena aku diganggu oleh Arisa, tetapi aku tidak peduli tergantung pada jenis serangganya. Namun, sulit untuk mengidentifikasi jenis serangga yang hidup di dalamnya. Jadi, terlepas dari jenisnya, Jika aku lihat serangga datang, aku akan mengambil tindakan. Itu metode pengusir serangga primitif.” (Hokage)

“Apa itu metode pengusir serangga primitif?” (Karin)

"Mugwort" (Hokage)

Aku berdiri dan menuju ke tembikar yang berjejer di dinding.

Dari segudang gerabah, aku mengambil yang berukuran sedang yang bisa aku pegang dengan satu tangan.

Aku mengambilnya dan kembali ke tempat aku duduk.

"Apa yang kamu bawa!?" (Arisa)

"Kamu bisa tahu kan, itu mugwort dari alur ceritanya." (Mana)

Arisa bertanya, Mana bergegas menjawabnya.

Seperti yang Mana katakan, yang aku bawa adalah mugwort.

Ada daun mugwort di dalamnya.

Daun mugwort adalah yang aku kumpulkan pada waktu luang aku.

Meski bisa digunakan untuk memasak, Eri jarang menggunakannya untuk memasak.

"Membakar mugwort ini. Dan itu adalah pengusir serangga primitif."

aku mengambil daun mugwort dan melemparkannya ke api unggun.

Asap mengepul seperti saat membakar rerumputan lainnya.

“Asap yang keluar saat aku membakar mugwort memiliki efek pengusir serangga. Saat ini, ada pengganti obat nyamuk bakar, tetapi di masa lalu ketika tidak ada, banyak yang membakar daun mugwort dan memenuhi rumah dengan asap. aku dulu menggunakannya untuk mengusir serangga. Yah, bahkan di zaman modern, aku terkadang membakar daun mugwort untuk mengusir serangga di barbekyu dan perkemahan."

"Benar benar deh kau tahu segalanya! Hokage!" (Arisa)

"Cerita ini tidak maniak itu. Tidak heran semua orang tidak tahu, tapi aku pikir para pekemah tahu tentang ini." (Hokage)

Pekerjaan pengusir serangga adalah dasar kelangsungan hidup serta mengamankan tempat air dan tempat tidur.

Seorang kutu buku bertahan hidup seperti aku memiliki semacam teknik pengusir serangga.

"Llau, bagaimana jika tidak punya mugwort?" (Karin)

Karin menyeringai.

Sepertinya dia ingin membuatku berkata, "aku menyerah."

"Wah, Karin, kamu membuatnya lebih sulit lagi ya," (Mana)

Para gadis lainnya yang mengatakan bahwa tidak mungkin tanpa mugwort.

Namun demikian, aku menjawab, itu tidak masalah.

“Ada daun lain yang bisa digunakan untuk mengusir serangga selain mugwort. Seperti yang kalian tahu, aku memiliki banyak pengetahuan tentang tanaman, jadi aku mengambil daun terbaik dan membakarnya. Itu masih baik baik saja. Meskipun akan sulit kedepannya." (Hokage)

"Seperti yang diharapkan dengan Hokage Shinomiya. Aku tidak percaya diri jika melawan serangga." (Amane)

Amane membuka mulutnya.

Setelah terkejut dengan itu, para gadis tertawa terbahak-bahak.

"Seperti seorang pria yang mengusir hal yang dibencinya saja". (Shiori)

Kemudian, tawa para gadis menjadi lebih keras.

"Jika bahkan serangga tidak masalah, bagaimana jika perbedaan suhu antara siang dan malam yang besar." (Karin)

Ranjang, serangga, dan Karin menyerang pada suhu kali ini.

aku langsung menjawab "Baiklah".

"Ketika perbedaan suhu sangat besar, sering kali menjadi dingin di malam hari, tetapi dalam hal ini dapat menggunakan daun yang sesuai sebagai pengganti selimut. Jika itu adalah tingkat beku seperti di Skandinavia di musim dingin, mungkin membeku sampai mati. Itu sulit, tapi aku pikir aku bisa bertahan jika dingin seperti musim dingin di Tokyo. aku berharap aku memiliki selimut dengan daun jatuh dan api unggun. " (Hokage)

""Hebat!""

"Tapi aku tidak mampu bertahan hidup. Jika tidak ada gua, ada serangga, dan perbedaan suhu antara siang dan malam sangat buruk, pasti sangat sulit bertahan hidup. Hanya melindungi diri sendiri adalah yang bisa aku lakukan. " (Hokage)

"Bukankah seharusnya tidak bisa bertahan hidup!" (Mana)

Mana men-tsukkomi ku.

Para gadis tertawa gembira lagi.

Itu selalu memiliki senyum yang bagus.

Terima kasih sekali lagi untuk lingkungan yang sangat mudah.

"Lalu, pertanyaan terakhir." (Karin)

"Oi oi, kamu akan membuat hidup ini lebih sulit lagi!" (Hokage)

Seperti yang diharapkan, aku tidak akan mengatakan apa-apa.

Syarat-syarat yang sudah disebutkan sudah cukup.

"Hmm……" pikir Karin.

Ini adalah pola yang tidak memikirkan pertanyaan apa pun.

aku ingin mengatakan bahwa tidak apa-apa untuk menyerah.

"Lalu kali ini apa? Akankah kamu akan menambah jumlah hewan buas?" (Hokage)

Sebaliknya, kandidat untuk kondisi tersebut disingkirkan dari sini.

"Itu memang bagus sih, tapi kupikir hewan-hewan itu terasa sedikit pengecut." (Karin)

Aku tidak mengerti arti dari pengecut.

aku tidak tahu, tapi mungkin bertentangan dengan yang dipikir Karin.

"Itu benar!" (Karin)

Ketika aku sedang menunggu, Karin menemukan pertanyaan.

"Yang terakhir, bagaimana jika hanya Hokage yang pindah ke pulau ini!?" (Karin)

Karin mengatakan seolah-olah dia bangga dengan kemenangannya.

Aku membuka mulutku dengan gembira.

"Apakah itu pertanyaan untukku?"

"Ehh" Karin memperhatikan itu.

"Aku tidak punya masalah sendirian"

"Benarkan" Mana tertawa,

"Tidak peduli apa yang kamu lakukan, sepertinya percuma saja." (Karin)

Karin jatuh ke belakang sambil mengangkat kedua tangannya.

"cerita 'IF'" yang dimulai sebelum aku mengerti, itu telah berakhir dengan kemenanganku.

Cari tahu tentang Mugwort

【118: Jalan jalan Pagi Hari】

Hari berikutnya adalah hari Minggu.

Aku merasa sedikit mengantuk dan bangun lebih awal dari biasanya.

Aku mengangkat tubuh bagian atasku dari futon dan melihat keluar dari tempat persembunyian.

"Apakah masih sekitar 4:30 pagi ..."

Matahari belum terbit sepenuhnya.

Fajar yang tampaknya mulai cerah sebentar lagi.

Aku mengecek waktu di e-book reading Yoshiokada yang ada didekatku.

"Sudah kuduga" Waktu menunjukkan pukul 04.33 pagi.

"Selamat pagi, Shinomiya-sama" (Sofia)

Sofia yang bangun menggosok matanya yang mengantuk.

"Selamat pagi, Sofia. Apa kamu sudah bangun?" (Hokage)

Sofia berdiri dengan seragamnya.

Itu adalah pakaian Akaso kemarin, tapi sepertinya dia mengganti pakaiannya sebelum aku menyadarinya.

"Aku juga baru saja bangun tidur." (Hokage)

Sofia memasukkan air ke dalam cangkir pernis dan memberikannya kepadaku.

Aku mengucapkan terima kasih dan menerimanya, dan meminum air di dalam dengan menarik napas.

Ini keren dan enak.

"Apakah Shinomiya-sama akan tidur kembali?" (Sofia)

"Tidak, aku akan bangun dan bekerja." (Hokage)

Aku tidak cukup mengantuk untuk tidur dua kali.

Bagian dalam kepalaku murung dan sedikit malas, tetapi akan menyegarkan jika aku bergerak.

"Bagaimana jika kita berjalan di sepanjang pantai bersama-sama?" (Sofia)

"Baiklah. Kita akan mengganggu yang lain jika berbicara di sini." (Hokage)

Semua orang masih asyik tidur.

Arisa masih dalam fase tidur, dan di tempat yang sulit dimengerti.

Yang lain diam-diam terbungkus futon mereka sendiri.

"Apakah kamu ingin aku menemani kalian" (Amane)

Amane yang bangun dan bangkit setelah mengatakan itu.

Rupanya Amane mendengarkannya. aku tidak terkejut. karena Amane selalu bangun pagi.

"Kalau begitu kita bertiga akan―――" (Hokage)

"Tidak, aku ingin berduan saja." (Sofia)

Sofia menyela kata-kataku.

"Ojou-sama!" Amane terkejut.

"Aku tidak akan pergi sejauh itu. Tidak perlu pengawalan." (Sofia)

"... Baiklah aku mengerti. kalau begitu, aku akan mengumpulkan telur ayam." (Amane)

"Tolong yah" (Sofia)

Aku pikir ketika aku melihat Amane telah mengendurkan penjagaannya terhadap Sofia.

Penjagaannya lebih kendur daripada ketika Amane pertama kali bergabung dengan kami.

Jika itu adalah Amane yang lama, dia pasti akan menolaknya.

Lingkungan luar berbahaya, dan Amane pasti akan memaksa untuk ikut habis-habisan.

"Kalau begitu Shinomiya-sama, ayo pergi." (Sofia)

"Ya" (Hokage)

Aku dan Sofia berjalan meninggalkan tempat persembunyian.

Amane mengikuti beberapa meter di belakang. Setelah meninggalkan tempat persembunyian, kami akan berpisah.

"Hokage Shinomiya, tolong jaga ojou-sama." (Amane)

Amane menuju tempat ayam untuk mengumpulkan telur ayam.

Aku dan Sofia pergi ke laut yang diterangi oleh gelapnya malam.

"Laut pada jam segini terasa enak yah" (Sofia)

"Ini agak dingin, tapi itu juga bagus." (Hokage)

Ombaknya sangat bagus dan tenang.

Ini memainkan suara yang tenang dan nyaman.

"Belakangan ini, kamu tidak bermain denganku ya, Shinomiya-sama." (Sofia)

Sofia langusng berbicara. Entah bagaimana gadis-gadis lain mengatakan hal yang sama.

Mana juga mengatakan itu?

"Yah, Sofia ada di tim kerajinan tangan juga sih." (Hokage)

"Tapi kamu sepertinya sering bermain dengan Meiko-sama?" (Sofia)

Sofia menyipitkan mata dan menatap.

Aku terjebak dalam kata-kata.

"Kenapa kamu tahu itu ..." (Hokage)

"Aku bisa megnetahuinya jika aku memperhatikannya." (Sofia)

"Aku itu orangnya sangat mudah dimengerti yah? Baru-baru ini, aku diberitahu bahwa aku tidak pandai memakai poker face." (Hokage)

"Tidak". Tanpa diduga, Sofia menggelengkan kepalanya.

"Aku bisa tahu dengan melihat gadis lain, bukan Shinomiya-sama."

"Gadis lain?"

"Itu karena semuanya sangat gembira di hari mereka menikmatinya bersama Shinomiya-sama."

"Jadi begitu yah." (Hokage)

Aku malu untuk mengatakan bahwa aku tidak dapat membedakannya.

Misalnya, aku melakukannya dengan Shiori tempo hari, tetapi penampilannya tidak berubah.

Ekspresi wajah tampaknya tidak berubah sebelum dan sesudah berhubungan seks.

Namun, Sofia tampaknya mengerti.

Apakah aku tidak peka atau Sofia yang peka?

Yang pertama sedih dan yang terakhir terkesan.

"Kedepannya tolong lakukan denganku lagi ya" (Sofia)

"Tentu saja. Baiklah, ini sudah waktunya untuk memutar balik." (Hokage)

Saat berbicara, waktu cepat berlalu.

Sebelum kami menyadarinya, kami sudah jauh dari tempat persembunyian.

Ini sudah lebih jauh daripada aku bermain dengan Mana tempo hari.

Saat aku kembali, kupikir Amane pasti akan menatapku nanti.

"―――Aaa. lihatlah, Shinomiya-sama" (Sofia)

Sofia berkata ketika aku membalikkan tubuhku menuju tempat persembunyian.

Dia menunjuk ke sisi berlawanan dari tempat persembunyian itu.

Aku berbalik lagi untuk melihat apa yang ditunjuknya.

(Ini hanya pergerakan bodoh, memutar searah jarum jam di tempat)

Menertawakan gerakanku sendiri.

Namun, tawa seperti itu menghilang pada saat berikutnya.

"Itu..!"

Arah yang ditunjuk Sofia adalah tepi laut di depan.

Ada banyak siswa yang tergeletak di sana.

Jumlahnya 10 orang.

Sejumlah besar kayu apung berguling-guling.

"Ayo kita lihat"(Hokage)

"Ya" (Sofia)

Kami bergegas mendekat.

"Orang-orang ini...!" (Hokage)

aku mengerti ketika mendekatinya.

"Apakah kamu mengenalinya?" (Sofia)

Sofia menanyakan itu, tapi sepertinya dia mengetahuinya sebelum aku menjawab.

Sofia meletakkan tangannya di mulut dan bergumam terkejut.

"Ya," Aku mengangguk dan mengatakan jawabannya.

"Orang-orang ini adalah orang yang mencoba menyeberangi lautan dengan rakit yang rentan setelah mengumpulkan dan memperkosa gadis." (Hokage)

Grup ketiga yang tidak masuk ke Grup Reito atau Sasazaki.

Tim kecil yang tidak tahu siapa pemimpinnya.

"Shinomiya-sama, apa yang kamu lakukan dengan orang-orang ini? Jika mereka bangun di sini, aku pikir ada risiko lokasi persembunyian akan terbongkar." (Sofia)

Sofia berkata dengan gelisah.

Sebagai tanggapan, aku langsung menjawab, "Tidak masalah."

"Lihat, kulit mereka" (Hokage)

Wajah mereka pucat.

"Jangan-jangan ..." (Sofia)

Aku membungkuk tanpa berkata apa-apa dan mengukur denyut nadi mereka.

Kemudian aku meletakkan tanganku di depan hidung dan mulut siswa itu untuk membuat konfirmasi tambahan.

Aku sdah yakin.

"Dia mati, semuanya" (Hokage)

Semua 10 orang tewas.

【119: Mayat】

10 anggota dari grup ke-3 ditemukan tewas di dalam air.

Kasus ini sudah membuat wajah kami pucat.

"Terlalu sulit bagi kita untuk mengubur mayat 10 orang sendirian. Untuk saat ini, kita biarkan terlebih dahulu. Ayo datang lagi setelah sarapan, dengan semuanya." (Hokage)

"Aku mengerti." (Sofia)

Aku dan Sofia berpisah dan menjajarkan mayat-mayat itu di pantai berpasir.

Aku memindahkannya sedikit ke arah daratan agar tidak dihantam ombak.

(Apakah kayu apung tergeletak di sekitar adalah rakit?)

Aku khawatir tentang bagaimana menangani kayu apung, tetapi aku membiarkannya apa adanya.

Jika aku membutuhkannya, aku dapat mengumpulkannya. Namun, aku tidak membutuhkannya sekarang.

"Segini sudah cukup" (Hokage)

Pekerjaan mengatur mayat tidak begitu menyakitkan.

Itu karena dalam keadaan yang baik, tidak seperti gadis yang diperkosa oleh orang-orang ini.

Gadis itu dalam keadaan yang mengerikan.

"Aku tidak akan melarang untuk mengambil tantangan yang extrem, tapi sampai mengalir ke sini ..." (Hokage)

Aku kembali ke tempat persembunyian berpikir bahwa mereka mengganggu kami setelah mereka mati.

Setelah sarapan, aku membawa semua orang ke pantai berpasir di mana mayat-mayat berbaris.

"Ini adalah akhir yang cocok untuk iblis pemerkosaan!" (Arisa)

Arisa yang mengutuk.

Hampir semua orang mengangguk pada kata-kata itu, mengatakan, "aku sangat setuju denganmu."

Ketika mereka memikirkan gadis yang bunuh diri, mereka merasa tidak nyaman.

"Haruskah kita menanggalkan seragam semua orang dan kemudian mengubur mayatnya?" (Hokage)

"Ehh, bajunya dibuka!?" (Mana)

Mana terkejut.

"Serius?" (Arisa)
Arisa juga memiliki ekspresi yang sama.

“Seragam kualitas tertinggi di sini. kita dapat mengganti pakaian untuk anak laki-laki apa adanya, atau kita dapat menggunakannya kembali untuk pakaian lain jika kita serahkan ke tangan tim kerajinan. Untungnya, pakaian ini dibersihkan dengan air laut, jadi tidak ada alasan untuk tidak menggunakannya." (Hokage)

"Hokage-kun itu masih seperti biasa berpikir realistis." (Eri)

"Perempuan itu memang realistis, tapi Hokage lebih dari perempuan." (Karin)

"Maka dari aku meminta bantuan kalian." (Hokage)

Dengan cara ini, kami menanggalkan semua pakaian dan kemudian menguburnya.

◇ ◆ ◇

Pekerjaan berlanjut bahkan setelah mayat dikuburkan.

Hari ini, aku mencari pantai terdekat pada hari libur.

Aku sedang mencari tas pelajar.

"Itu dia, Shinomiya-kun" (Meiko)

"Aku juga disini menemukannya!" (Arisa)

"Aku juga menemukannya" (Sofia)

Meiko, Arisa, dan Sofia menemukan tas tersebut satu demi satu.

Seperti seragam, tas pelajar adalah barang yang sangat berharga dan tidak bisa diabaikan.

"Aku juga menemukannya!" (Tanaka)

"Sama denganku!" (Muscle)

Setelah itu, tas siswa akan dikumpulkan.

Saat jam makan siang tiba, delapan tas mahasiswa sudah terkumpul.

"Dua lainnya sepertinya tidak ada di dekatnya. Itu sudah juga sudaj cukup." (Hokage)

Kami berhenti mencari tas pelajar.

"Senang mendapatkan delapan tas siswa." (Hokage)

"Hokage memiliki wajah yang bahagia." (Karin)

Karin memperhatikanku dalam perjalanan kembali ke tempat persembunyian.

"Yah, aku tidak terlalu suka jika ada orang yang meninggal. Itu juga membuatku terkejut." (Hokage)

"Jadi begitu" (Karin)

Ekspresi Karin sepertinya tidak sedang bagus.

Bukan karena sedang haid...

"Apakah kau ada kenalan di mayat itu?" (Hokage)

"Kenapa kau berpikir seperti itu?" (Karin)

Karin yang menjawab pertanyaan dengan pertanyaan.

"Karena, ketika Arisa berkata, 'Akhir yang cocok untuk iblis pemerkosa', hanya Karin yang terlihat serius. Masih sangat gelap. Beda dengan sakit saat menstruasi" (Hokage)

Mata Karin terbuka lebih dari pada waktu normal.

"Kamu memperhatikannya yah." (Karin)
Dengan wajah terkejut, menggumamkan itu.

"Tenang saja, aku mengenali mayat-mayat itu." (Karin)

"Begitukah? Lalu ekspresimu seperti itu?" (Hokage)

Aku bertanya.

Tampaknya yang lainnya juga tertarik.

"Itu karena.."

Karin berhenti dan melihat ke belakang.

Dia berkata sambil melihat ke titik di mana mayat itu dikuburkan.

"Jika kita gagal melakukan perjalanan pergi kepulau seberang, kita akan mengikuti jalan yang sama seperti mereka." (Karin)

Kata-kata Karin sangat membebani dada kami.

【120: Murka Langit】

Kami kembali ke tempat persembunyian dan mulai makan siang.

Semua orang memakan makanan dengan tenang.

Tapi aku merasa suasana hatiku sedikit mendung.

"Kami akan baik-baik saja kok!" (Arisa)

Arisa yang memecahkan udara itu.

"Baik-baik saja?" (Karin)

"Tentu saja!" (Arisa)

"Kita tidak akan gagal untuk bepergian, dan kita tidak seperti kelompok iblis pemerkosa itu!" (Arisa)

"Kalau berhasil melewatinya itu bagus. Kalau gagal, aku tidak tahu apa yang akan terjadi. Sebagus apa pun kapalnya kalau gagal ya tamatlah kita." (Karin)

"Aah! Karin pikiran negatif itu tidak boleh tahu! Ini seperti mengatakan kamu akan mati jika kamu mencoba bepergian! Itu tidak baik!" (Arisa)

"Apakah itu negatif ..." (Karin)

Karin menghentikan kata-katanya di sana dan menggelengkan kepalanya, dan dia mengerti

"Maaf, aku yang salah. Aku tidak bermaksud memperburuk suasana."(Karin)

Karin meminta maaf kepada semua orang.

"Itu bukanlah hal yang harus untuk meminta maaf." (Hokage)

Padahal, tidak ada yang marah pada Karin.

Hal yang sama berlaku untuk Arisa.

Aku hanya menatap lurus pada apa yang aku lihat.

Jika kami gagal melakukan perjalanan, kami mungkin akan mati.

"Apakah ada orang yang setelah melihat mayat itu dan berpikir bahwa kita harus berhenti bepergian?" (Hokage)

Aku memutuskan untuk menanyakan pendapat yang lain lagi.

Seseorang mungkin telah berubah pikiran.

Namun, pada kenyataannya, pendapat semua orang tidak berubah.

"Bahkan jika itu berbahaya, aku masih ingin mencobanya." (Mana)

Hal pertama yang aku katakan adalah Mana.

Setelah itu, semua orang setuju dengan hal yang sama.

"Aku juga ingin pergi." Terakhir, Karin menyimpulkannya.

"Jika demikian, kita tidak ragu lagi. Meskipun ada rasa khawatir, tetapi aku ingin mencoba untuk melakukan perjalanan suatu hari nanti. Jika membuat kesalahan memang bahaya, kita akan membangun kapal terbaik dan mengarungi laut. Dan juga kita tidak akan menyesalinya. Mari kita menyeberang ke pulau seberang. " (Hokage)

"" "Oh!" ""

Kami berhasil menyingkirkan udara berat yang pengap.

Namun, satu kesulitan telah berlalu, kali ini masalah baru akan datang.

Dodododododo! Zā! Zā! Dodododododo! Zā! Zā!

"Oi oi, yang benar saja!"

Aku adalah orang pertama yang memperhatikannya dan berdiri.

Yang lainnya juga segera memperhatikan itu dan melihat keluar dengan tatapan serius.

"Padahal beberapa saat yang lalu itu masih baik baik saja!" (Arisa)

Aris berteriak.

"Kalau begini, kita tidak bisa keluar ..." (Hokage)

Cuaca berubah total dan menjadi badai.

"Ini seperti ..." Aku berhenti bergumam di sana.

Untungnya, suara di luar sangat keras sehingga tidak ada yang bisa mendengar gumaman aku.

Jika seseorang bertanya kepadaku, suasananya akan menjadi lebih berat lagi.

Jadi aku bergumam dalam hati.

(Ini seperti murka dari langit terhadap manusia yang mencoba keluar dari pulau itu)

◇ ◆ ◇

Satu jam setelah cuaca berubah tiba-tiba.

Badai tidak mereda, melainkan memperkuat kekuatannya.

Laut yang terlihat dari tempat persembunyian mengamuk, dan ombak menari dengan berlebihan.

"Jika begini terus kita tidak punya pilihan selain menghabiskan waktu di tempat persembunyian hari ini." (Hokage)

Aku ingat cerita IF yang dibicarakan dengan Karin kemarin.

Jika tidak ada gua, aku akan memikirkannya kembali.

(Akan sulit untuk menanggung badai ini tanpa gua ...)

Bagaimana bertahan dari hujan dan angin adalah kunci untuk bertahan hidup.

Sangat diragukan bahwa tempat tidur sederhana yang kubuat sendiri dapat menahan badai ini.

Bahkan jika bisa menahannya, tidak ada keraguan bahwa aku akan basah kuyup.

Jika itu terjadi, risiko mengancam berbagai aspek kesehatan akan meningkat.

Setiap kali cuaca buruk seperti sekarang, aku berterima kasih atas keberadaan tempat persembunyian itu.

Di sini, tidak masalah badai macam apa yang menimpaku.

"Hokage, aku akan bermain kartu, apakah kau mau ikut?"

Ketika aku melihat keluar, aku didekati oleh Arisa.

"Tidak, aku akan menahan diri untuk tidak melakukannya. Aku ingin memeriksa situasi untuk berjaga-jaga." (Hokage)

"Baiklah. Sesekali rilekskanlah sedikit yah!" (Arisa)

"Aku mengerti. Terima kasih." (Hokage)

Grup kami terbiasa dengan badai.

Seluruh cucian yang sudah dijemur di danau sudah diamankan di dekat sini.

Posisi perbekalan dan alat telah diatur agar tidak tertiup angin.

Semuanya sudah selesai sebelum aku instruksikan.

Karena pekerjaan seperti itu selesai, semua orang santai.

"Kita punya persediaan makanan yang cukup. Tidak ada masalah dengan air. kita sudah mengevakuasi cucian dan futon, dan tidak ada yang salah dengan itu." (Hokage)

Meskipun mudah bagi semua orang untuk menjadi luar biasa, rasanya tidak memuaskan.

Mereka benar-benar orang yang bisa diandalkan.

"Disini agak dingin dan kupikir aku akan menjaga apinya agar tetap kuat." (Hokage)

Pada akhirnya, yang aku lakukan hanyalah mengintensifkan nyala api unggun.

"Begitu hujan dan angin reda, aku akan pergi melihat sapi dan ayam." (Hokage)

Aku berbaring di tempat yang nyaman dan memikirkan masalah masalah setelah badai berhenti.

"Nah, berapa lama badai ini akan berlangsung?" (Hokage)

Saat ini, kami terlihat baik baik saja.

Kupikir badai kali ini akan segera berlalu.

Mungkin pada malam hari, cuaca akan cerah dan paling lama besok siang.

Namun Itu adalah kesalahan besar――.

【121: Badai yang Tak Terbendung (R18)】

Pada keesokkan harinya, tidak ada tanda-tanda bahwa badai akan berhenti.

Sebaliknya, badai tersebut malah semakin kuat.

Aku khawatir ketika melihat betapa kasarnya ombak itu.

"Untungnya kita sudah mengevakuasi sebisa mungkin ..." (Mana)

"Jika tsunami melanda, itu akan sulit ..." (Eri)

"Aku tidak berpikir ada masalah kesehatan, tapi aku takut." (Hokage)

Kami sedang mengevakuasi persediaan di tempat persembunyian.

Biasanya, itu ditempatkan di ruang besar tepat setelah memasuki pintu masuk.

Makanan, alat makan, dan peralatan. Itu ditempatkan di tempat kami biasa tidur.

Ini adalah area yang disebut "ruangan besar" oleh yang lainnya.

Sekarang dipindahkan ke belakang, yang menuju ke arah yang berbeda dari danau.

Lorong di tempat persembunyian yang biasanya gelap sekarang terang benderang.

Itu karena obor sudah disiapkan terlebih dahulu dalam persiapan untuk situasi seperti ini.

Ada bintik-bintik dan obor di lorong sekarang, jadi tidak ada masalah dengan pencahayaan.

"Aku ingin mencuci piring dengan cepat" (Eri)

Eri bergumam sambil melihat keluar.

"Sulit untuk mengambil air dari danau dalam cuaca buruk seperti itu." (Hokage)

Alat makan cadangan tidak begitu banyak.

Jika kondisi ini berlanjut selama beberapa hari lagi, stok akan habis.

Jika itu terjadi, kami harus menggunakan kembali piring yang tidak dicuci.

"Aku ingin mengambil kesempatan ini untuk mengetahui seluruh area tempat persembunyian ... tetapi untuk melakukan itu, kita harus menyeberangi danau dan itu sulit. Maka tidak ada yang bisa kita lakukan sekarang." (Hokage)

Kami mengelilingi api unggun di belakang alun-alun.

Apinya meningkat dengan menaruh lebih banyak kayu bakar dari biasanya.

Suhu turun bersamaan dengan terjadinya badai.

"Kita telah melakukan semua yang dibutuhkan, dan kita bebas menghabiskan waktu aku untuk menghemat tenaga." (Hokage)

Tidak mungkin manusia bersaing dengan alam yang sedang mengamuk secara serius.

Kami menghabiskan waktu yang membosankan menunggu cuaca tenang.

◇ ◆ ◇

Membaca, bermain kartu, tidur siang, mengobrol, dan lainnya …….

Waktu berlalu sambil menghabiskan waktu, dan hari sudah malam.

"Berapa lama badainya akan benar-benar bertahan ..." (Arisa)

Sudah lebih dari 30 jam sejak badai terjadi.

Bagian luarnya tidak berubah, dan tidak ada tanda-tanda akan tenang.

"Aahh aku tidak tahan lagi! Aku sudah bosan!" (Arisa)

Arisa berdiri dan berjalan menuju lorong.

"Arisa, kamu mau kemana?" (Hokage)

"Tidur! Kalau bangun juga aku tidak bisa melakukan apa-apa!"

Ini masuk akal.

Tidak ada yang bisa dilakukan bahkan jika kami terbangun.

Waktu mungkin sudah lewat pukul 19.00, tapi tidur adalah pilihan yang paling bijaksana.

"Aku juga akan tidur" (Tanaka)

"Begitu juga denganku" (Kageyama)

"Aku juga akan istirahat ~ desu wa." (Sofia)

Mengikuti Arisa, satu persatu istirahat.

Jumlahnya berkurang menjadi satu persatu, dan yang terakhir adalah aku dengan―――.

"Apakah kamu tidak ingin tidur?" (Hokage)

"Aku akan menemani Shinomiya-san!"

Itu adalah Hinako.

Hinako mengibaskan rambut bob hitamnya dan menempel di sampingku.

Ini adalah jarak yang bahu satu sama lain menyentuhnya.

Aku melingkarkan tangan kananku di bahu Hinako.

Kemudian dia memiringkan kepalanya tanpa mengatakan apa-apa.

Kepala kecil Hinako bersandar di bahu kananku.

"Tubuh Hinako itu kecil yah. Padahal kamu adalah adik perempuannya Meiko." (Hokage)

"Kakak perempuan ku saja yang tinggi!" (Hinako)

Tinggi Hinako hanya sekitar 150 cm.

Di sisi lain, kakak perempuannya Meiko sekitar 170 cm, dan perbedaannya adalah 20 cm.

Ada perbedaan tinggi yang tidak bisa kupikirkan sebagai saudara perempuan.

Ngomong-ngomong, ukuran dada Hinako lebih besar dari Meiko.

Ukuran dada Meiko adalah ukuran sederhana yang menyerupai sosok model, tetapi Hinako apa adanya.

Namun, Hinako begitu besar juga.

Tentu saja, perbedaannya dengan Arisa dan Eri lebih kecil dari Mana dan Karin.

"Hanya dengan melakukan ini, aku sudah cukup senang." (Hinako)

Hinako menatapku dengan wajah memesona.

Ketika aku melihat wajah itu, penisku bengkak dan tegang.

"Kalau aku merasa tidak puas" (Hokage)

"Ehh ――― Shinomiya-san!?" (Hinako)

"Tenang saja" (Hokage)

Aku Mengusap paksa dada Hinako.

Dengan tangan kanan yang berada di bahu Hinako, dari atas.

Hinako terkejut, tetapi tidak melawan.

Sebaliknya, Hinako terengah-engah saat berikutnya.

"Saat ini ... situasinya ...sulit ... ahhhn" (Hinako)

"Itulah mengapa apakah kamu tidak terangsang." (Hokage)

Semakin banyak krisis yang dialami, semakin ingin memiliki keturunan.

Ini adalah naluri yang dimiliki semua manusia, tidak, makhluk hidup.

"Jika kamu membuat suara keras, semua orang akan mendengarnya." (Hokage)

Suara desahan Hinako agak keras.

Suara Erotis dapat didengar hanya dengan mengelus putingnya dengan lembut.

"A~aku minta maaf." (Hinako)

"Aku tidak keberatan. Ngomong-ngomong――― aku akan memintamu melakukan ini." (Hokage)

Aku menggeser celanaku.

Celana Akaso berantakan di sekitar mata kaki.

Penisku yang keluar.

"Hari ini... bagaimana?" (Hokage)

"Di mulut" (Hinako)

Saat Hinako mengatakan itu, aku meraih bagian belakang kepala Hinako dengan tangan kananku.

Aku menggerakkan kepalanya perlahan ke arah penisku.

Hinako membuka mulutnya tanpa perlawanan dan siap menerima penisku.

"Oh ... ini hangat ..." (Hokage)

Penisku terbungkus didalam mulut Hinako.

Kehangatan itu seperti berendam di sumber air panas.

"Aku akan measukkannya sampai dalam..." (Hokage)

"Ngu, Ngu"

Hinako mengangguk sambil memegang penisku dan mengubah postur tubuhnya.

Hinako bergerak di depanku dan merangkak di depanku.

Sepertinya Hinako ingin mengisap dari depan.

"Bagus, bagus, Hinako" (Hokage)

Hari ini aku mengalami ejakulasi dini tidak seperti sebelumnya.

Itu mencapai klimaks dengan kecepatan yang sama seperti ketika Eri membuatku ejakulasi untuk pertama kalinya.

"Mmmph!"

Aku ejakulasi dalam waktu singkat.

Jumlah ejakulasi agak sedikit.

(Sepertinya ini akan berakhir 1 ronde saja)

Aku berpikir begitu, dan melihat ke bawah.

Aku melihat Hinako yang meminum spermaku dengan nikmat.

Aku Re-ereksi dalam hitungan detik.

Setelah itu, aku menikmati hingga 5 ronde untuk beberapa alasan.

Prev Chapter
Next Chapter
Prev Chapter
Next Chapter