Isekai Yurutto Survival Seikatsu Bonus Chapter 135 - 139 Pertama Kali Dengan Arisa「R18」

Kehidupan di bumi. Tur ke Pulau kosong lagi??. Akhirnya dengan Arisa juga.. Light Novel Easy Survival Life in The Other World Chapter 135-139.

Karena pada chapter bonus ini alur ceritanya maju mundur. Untuk bisa tahu alur ceritanya pastikan anda ingat Jika pada text pertama menyebutkan tanggal maka itu adalah Alur Mundur. Contoh: Sabtu, 21 Desember.

【135 Bonus Chapter: Tur Survival di Pulau Tak Berpenghuni 1/5】

Aku mengingat kembali ingatan sebelum dipindahkan ke pulau tak berpenghuni di Isekai.

Saat itu sedang ajm istirahat sekolah, dan aku merasa sangat bersemangat.

Ini karena tur survival akan datang.

Karena aku ditransfer ke Isekai, aku tidak bisa ikut tur tersebut.

Aku tidak menyesal untuk itu.

Karena aku mengalami survival yang nyata, aku memiliki perasaan yang kuat tentang itu.

Sebaliknya, aku benar-benar lupa tentang tur.

Sampai aku memeriksa buku tabunganku.

Dana gelap yang dibayar paksa oleh pemerintah sebagai uang tutup mulut.

Aku melihat buku tabunganku untuk memeriksanya dan memperhatikan biaya masuk tur survival yang sudah dibayar di muka sebelumnya.

"――Yah, itu sebabnya aku pergi tur survival karena aku mengingatnya." (Hokage)

"Jadi begitu ya!" (Arisa)

Aku dan Arisa berada di feri menuju pulau tak berpenghuni.

Mulai sekarang, kami akan berpartisipasi dalam tur survival pulau tak berpenghuni selama dua malam tiga hari.

Kami sedang adadi geladak kapak dan sendirian, sementara peserta lain ada di kamar didalam kapal yang telah disediakan masing masing.

Aku sudah lama tidak berjumpa dengan Arisa, dan dia memiliki gaya rambut yang berbeda sekarang.

Rambut ikat ponytailnya sudah dilepas menjadi gaya rambut lurus. Yang terlihat kerapian telah meningkat dibandingkan sebelumnya.

"Tapi, aku tidak menyangka hanya aku saja yang ikut!," (Arisa)

Arisa tertawa.

Untuk saat ini, aku mengundang anggota selain Karin ke tur ini.

Namun, hanya Arisa yang bisa.

"Mau bagaimana lagi. Mana dan Eri sedang sibuk di acara TV." (Hokage)

Keduanya baru-baru ini memasuki dunia hiburan sebagai idola.

Mana sering muncul di program yang berhubungan dengan hewan, dan Eri sering muncul di program yang berhubungan dengan memasak.

"Itulah sebabnya, aku jadi seperti orang yang mempunyai banyak waktu. Aku juga punya jadwalku juga yah!"(Arisa)

Arisa juga merupakan orang yang populer sekarang. Arisa hampir selalu muncul dalam program memancing.

Dirumorkan Arisa sebagai idola paling populer untuk pria berusia 50-an ke atas.

"Aku bisa mengerti dengan persoalan Mana dan Eri, tapi apa yang terjadi dengan yang lain?" (Arisa)

"Meiko dan Hinako sibuk di toko kerajinan tangan, dan Sofia dan Amane tidak ada di Jepang, jadi itu tidak mungkin." (Hokage)

"Ono-chan juga sepertinya sibuk yah." (Arisa)

Ono-chan adalah Shiori.

"Shiori orangnya sangat sibuk. Setelah diketahui bahwa Arisa dan yang lainnya yang telah merawat rambut kalian, tokonya jadi ramai dan dipenuhi reservasi hingga tiga tahun dari sekarang." (Hokage)

"Segitu banyaknya!? Aku tidak tahu itu, karena kami hanya bertemu pada jam kerja saja! Yah, semua perempuan berbakat termasuk aku, jadi bagaimana dengan anak laki-laki? Selain Mizuno dan Muscle, tiga sisanya bebas kan?" (Arisa)

"Kalau itu belum tentu juga,... memang benar Mizuno sibuk dengan pelatihan triathlon dan Muscle sibuk pergi ke gym, tapi Yoshiokada dan Kageyama juga sama sibuknya loh." (Hokage)

"Benarkah!?" (Arisa)

"Yoshiokada akhirnya menjadi murid oleh seorang arsitek terkenal." (Hokage)

"Ahh, iya juga, dia adalah orang yang menyukai cetak biru." (Arisa)

Angin laut membelai pipi Arisa.

Rambut berkilau melayang lembut.

Ini memiliki aroma yang manis.

"Ah, menyebalkan! Rambutku ini! Aku ingin mencukurnya dengan gunting rambut!" (Arisa)

"Aku sudah memikirkannya sejak aku menontonnya di TV, tapi kurasa itu tidak terlalu cocok dengan gaya rambutmu saat ini tahu." (Hokage)

"Benarkan! Kali ini aku akan kembali seperti di masa lalu!" (Arisa)

Arisa mengeluarkan karet rambut dan mengikat rambutnya.

Ini adalah ponytail yang nostalgia.

"Jadi, ―――mari kita kembali ke cerita, Kageyama saat ini melakuka hal yang tidak masuk akal tahu." (Hokage)

"Apa itu?" (Arisa)

"Tidak seperti kita, dia pindah sekolah, kan? Karena dia kelas dua." (Hokage)

"Ya ya." (Arisa)

"Itulah sebabnya dia pindah di sekolah lain untuk tahun ketiga, dan aku mendengar bahwa dia menggoda anak perempuan di sana dan menjadi Raja Harem. Dia masih menghabiskan hari-hari menggoda anak perempuan ketika masih kuliah." (Hokage-kun)

"Ehhhh!? Seorang Kageyama!? Bukankah dia otaku yang menyukai 2D!?" (Arisa)

"Kalau itu dia sudah lulus dari 2D. Dia menyukai perempuan 3D. Jadi dia membuat debut SMA-nya terlambat ketika dia pindah ke sekolah lain. Rambutnya sekarang dicat blonde, dan gaya rambutnya seperti model majalah, kaena dia telah membulatkan tekadnya. Dia juga sudah terbiasa ke salon kecantikan." (Hokage)

"Dia berubah total! Jadi, apakah dia sibuk menggoda perempuan sekarang?" (Hokage)

"Iya. Aku berrtukar email dengannya, dan dia yang menulisnya sendiri seperti itu. Ternyata, dia ketahuan sudah menggoda 30 perempuan dan itu menjadi kacau." (Hokage)

"30... apakah dia bodoh!?"

Arisa tertawa dan melanjutkan.

"Kalau Kageyama dalam kondisi seperti itu, apakah Tanaka juga melakukan debutnya?" (Arisa)

Akhirnya, cerita Tanaka.

"Tanaka sedang ..."

Garis pandangku beralih ke bagian dalam kapal.

"Dia sedang dalam tur ini" (Hokage)

"Ehh, bohong, dia ikut!? aku tidak menyadarinya karena pesertanya banyak sekali." (Arisa)

"Yah memang ada sekitar 150 peserta yang ikut dalam tur ini sih. Ada banyak orang sekarang karena tren survival di pulau tak berpenghuni." (Hokage)

Baru-baru ini, tren survival telah tiba.

Di kalangan perempuan ini sangat populer, jadi banyak perempuan yang menjadi mayoritas peserta.

Jumlah tur survival pulau tak berpenghuni jauh lebih besar dari sebelumnya.

Sekarang, aku terkadang bertemu turis dari perusahaan lain di pulau tak berpenghuni.

"Tapi, kupikir kamu juga akan tidak menyadarinya meski pesertanya sedikit. Itu karena penampilannya telah banyak berubah. Dia memakai kacamata, dan Kageyama memberikan beberapa saran tentang gaya rambut, jadi itu terlihat seperti model yang sepertinya sulit diatur." (Hokage)

" Itu Luar biasa! Kalau begitu Tanaka juga populer kan!?" (Arisa)

"Sepertinya dia masih berjuang. Itu sebabnya dia secara acak berpartisipasi dalam tur survival pulau tak berpenghuni. Dia sudah berlatih tentang itu, bisa dikatakan, nyali, dan keberaniannya dengan berpartisipasi dalam tur. Aku ingin tahu apakah dia bisa menunjukkan sisi yang keren.” (Hokage)

"Jadi, itulah mengapa Tanaka menolak ajakan Hokage! Jika pergi bersama dia tidak akan menonjol!" (Arisa)

"Benar. aku diberitahu sebelumnya bahwa dia ingin menjadi karakter utama di tur, jadi tolong jangan menonjol bahkan jika aku membuat kesalahan. Tolong jangan ragu untuk bertanya kepadaku." (Hokage)

"Dia berusaha keras toh!" (Arisa)

Arisa tertawa.

"Jadi begitulah kita satu-satunya hari ini." (Hokage)

"Aku mengerti." (Arisa)

Arisa menempatkan sikunya di pagar di geladak.

"Ngomong-ngomong, bagaimana dengan Karin? Dia sudah melahirkan bayi, kan?" (Arisa)

"Yah, dia sudah menjadi mama yang baik." (Hokage)

"Tetapi suaminya malah ikut tur dengan perempuan lain." (Arisa)

"Yaahhh..itu..". Aku tertawa pahit.

Kemudian Arisa melihat jari manis tangan kiriku. Tanda bekas cincin terpasang dengan jelas di sana.

"Ehh? Cincinnya kemana? Apakah kamu menjatuhkannya? Atau bercerai!?" (Arisa)

"Memangnya aku akan melakukan itu?" (Hokage)

Aku menjelaskan sambil tertawa.

"Hari ini aku berpartisipasi dalam mengingat waktu yang aku habiskan di pulau itu. Sofia membelikanku pulau tak berpenghuni itu dan membangun villa disana. Aku berpartisipasi bukan sebagai pria yang sudah menikah, tetapi sebagai pemimpin yang baik…………Sebagai tambahan, sebagai pria aku tidak akan kalah pada monyet yang sedang birahi sekalipun.” (Hokage)

"Itu adalah pernyataan yang luar biasa! Jika Karin yang mendengar ini pasti dia akan menangis!" (Arisa)

"Itu sebaliknya tahu." (Hokage)

"Ehh~" (Arisa)

"Aku disuruh oleh Karin untuk pergi. Rupanya, dia ingin aku menjadi seorang pemimpin seperti dulu."(Hokage)

"Padahal baru beberapa tahun sejak kita selamat dari pulau itu, tetapi sudah banyak berubah!?" (Arisa)

“Itulah yang Karin katakan, dan Karin bilang dia tidak senang dengan itu. Jadi dia menyuruhku untuk 'bergaul' dengan peserta tur. Dan dia tidak peduli sama sekali. Lagipula dia selalu khawatir. Itu yang biasa kita sebut 'pisah ranjang'. " (Hokage)

"Begitu ya, Karin melahirkan bayi itu dengan berhasil karena dia menginginkannya." (Arisa)

"Iya" (Hokage)

"Itu memang sifatnya Karin sih!. Tetap saja, aku pikir Karin luar biasa. Jika aku, aku akan membunuh suamiku jika dia bermain dengan perempuan lain. Pokoknya hukumannya sudah pasti."

"Aku juga setuju, tetapi setiap orang memiliki cara berpikir mereka sendiri. Itu sebabnya hari ini aku akan mengingat masa lalu dan menghibur kenangan itu sepenuhnya." (Hokage)

"Bagusnya!" (Arisa)

Sambil melihat pulau tak berpenghuni yang perlahan-lahan mendekat, aku tenggelam dalam perasaan nostalgia.

【136 Bonus Chapter: Tur Survival di Pulau Tak Berpenghuni 2/5】

Kapal meninggalkan kami di sebuah pulau tak berpenghuni.

Kami tidak bisa keluar dari pulau sampai selesai tinggal di pulau tak berpenghuni selama dua malam tiga hari.

Namun, ada menara pengawas, dan jika demam, mereka akan segera datang.

"Kalau begitu semuanya, dimohon bentuk kelompok berisi empat orang!"

Fasilitator tur dan instruktur pria memberikan instruksi.

Berdasarkan itu, kami memutuskan untuk mulai membentuk kelompok di pantai.

"Sesha. Aku pandai tinggal di pulau tak berpenghuni. Aku akan mengajari kalian caranya~degozaru. Jadi, tolong ajak aku masuk kedalam grup kalian."

Seorang pria pada usia yang sama dengan kami dan style rambutnya yang sedang tren, saat ini mulai mengajukan diri sedini mungkin.

Kulit halus yang menunjukkan hasil salon perawatan kecantikan, mata hitam yang diperbesar oleh lensa kontak berwarna, kulit agak kecokelatan, dan sosok macho halus yang terlihat bahkan dari atas pakaian.

Ini adalah Tanaka Mantaro, orang yang berjuang keras.

"Ini Tanaka?" (Arisa)

"Jika dia merubah cara berbicaranya, pasti dia akan populer tahu." (Hokage)

"Ya, benar juga." kata Arisa yang tertawa,

"Penampilan Tanaka telah banyak berubah." (Arisa)

"Rasanya seperti selangkah lebih maju." (Hokage)

Sebuah kelompok terbentuk saat kita berbicara.

Tanaka menginginkan sekelompok yang hanya perempuan saja, tetapi perempuannya sudah risih.

Pada akhirnya, kelompoknya menjadi kombinasi dari 3 pria dan 1 perempuan.

"Kalian ... jadi begitu, kalian tidak mendapat kelompok yang lain yang pas yah."

Instruktur bergumam sambil menatapku dan Arisa.

"Tidak apa-apa untuk dua orang. Kami sudah terbiasa." (Hokage)

"Bukan itu masalahnya. Meskipun kamu sudah terbiasa, kalian seorang' amatir ''. Alam itu berbahaya jadi aku tidak bisa membiarkannya menjadi lebih parah. Selain itu, sama berbahayanya dengan' amatir 'dengan sedikit percaya diri . Sama halnya dengan bermain ski, bukan? Bukan pemula saja yang sepenuhnya mengalami kecelakaan, tetapi seorang "amatir" yang terlalu percaya diri dengan kemampuannya untuk melewati jalur terlarang. "

Instruktur itu menceramahi kami. Itu jelas jelas meremehkan kami.

Aku jadi kesal mendengarnya.

"Jika demikian, apakah Anda ingin bersaing dengan amatir itu?" (Hokage)

"Apa?"

"Aku akan membuktikannya jika kami lebih baik. Ayo bersaing untuk keterampilan bertahan hidup. Tidak masalah apakah itu api atau tenda." (Hokage)

"Kau mengatakannya yah." Arisa tertawa,.

Turis lain juga bersemangat mengatakan bahwa itu menjadi menarik.

"Bagaimana ini? Dobayashi-san"

Seorang instruktur muda bertanya kepada orang yang bernama Dobayashi, seorang pria tua.

"Dia juga" untuk saat ini "pelanggan. Ini masalah kewajiban untuk terluka. Itu tidak bisa diabaikan. Dan ini adalah kesempatan bagus untuk membuktikan kekuatan kita. Jika Anda menghindarinya di sini, itu akan menghambat kemajuan Anda. Mari kita ambil."

Dobayashi menjawab sambil menatapku.

"Dengan kata lain, itu berarti deal yah. Jadi apa yang harus dipertaruhkan?" (Hokage)

"Kalau begitu, ayo bersaing membuat api."

"Boleh saja" (Hokage)

Aku segera berbalik ke daerah sekitar.

Seperti pulau itu, ada hutan di pulau ini juga.

Tidak akan sulit untuk mencari pohon yang cocok.

"Kalau begitu keluarkan alatnya."

Dobayashi mengatakan itu dan mengeluarkan papan api dari ransel.

Ini adalah alat yang diproses dengan indah yang dapat di beli secara online.

"Ehh". aku terkejut.

"Ada apa? Apa kau lupa alatnya?"

"Tidak, mengapa kamu menggunakan alat?" (Hokage)

"Eh". Kali ini, Dobayashi terkejut dengan

"Aku masih bisa mengerti jika menggunakan pisau, tetapi jika aku menggunakan alat api, proses pembuatan alat jenis cukur hilang. Itu sama dengan menggunakan korek api. Dan di alam, itu berbeda. Jika Anda menggunakan alat itu akan sangat merepotkan dibawa bawa jika hidup di alam, tapi jika mengambilnya dari alam Anda dapat langsung menyalakan api. " (Hokage)

"Hmm... kamu akan mengatakan sesuatu yang bagus. Kalau begitu, seperti yang kamu katakan, jangan gunakan set alat pembuat api."

Pernyataan Dobayashi membuat instruktur muda itu pucat.

"Bukankah tidak mungkin membuat api tanpa menggunakan perangkat alat?"

"Ya". kemudian Dobayashi tertawa.

"Itu juga berlaku dengan orang lain. Dengan kata lain, jika kita membuatnya belakangan. Kemudian dia akan berkata, 'tentu saja itu mustahil,' itulah yang akan dipikirkan orang lain. Ini bukan tandingan. karena tak akan ada yang bisa."

"Jadi begitu...."

Dobayashi sepertinya salah paham, tapi entahlah.

"Apakah tidak apa-apa untuk memulai sekarang?"

"Oke". Aku mengangguk

"Bagaimana dengan menggunakan pisau? Apakah tidak apa-apa digunakan untuk menghemat waktu?"

"Tentu saja"

Beginilah konfrontasi antara aku dan Dobayashi dimulai.

"Aku akan membuatmu membuat api duluan. Silahkan."

Dobayashi mengatakan sesuatu yang tidak jelas.

"Duluan? Bukankah akan bertanding mencarinya di hutan?"

"Tidak, mari kita bergiliran. Kamu adalah pemain pertama."

"Aku tidak keberatan"

Dobayashi menyeringai.

Aku berjalan ke hutan tanpa mengkhawatirkannya.

Karena tidak apa-apa menggunakan pisau, aku akan menggunakan pisau favoritku.

Itu adalah kawan yang selamat dari pulau tak berpenghuni di isekai bersama-sama.

"Aku pikir aku akan memakai yang ini"

Aku melipat cabang pohon yang cocok dengan sekuat tenaga. Dan memotong pangkalnya dengan pisau untuk membuat pelat api instan.

Sisanya adalah membuat seperti tongkat untuk membuat api.

"Ukuran dan kekuatan tongkatnya... aku sudah memutuskan untuk pakai yang ini."

Sebuah tongkat kayu yang bisa digunakan sebagai pedang api dikumpulkan.

Aku membawa mereka kembali ke pantai.

"Ah, itu sunguh nostalgia sekali!"

Arisa membuat suara terkejut pada set potong kayu yang aku bawa.

Banyak peserta tiba-tiba menoleh ke wajahnya yang terkejut.

Namun, tidak ada yang mengetahui bahwa dia adalah idola yang dikenal di TV.

Mungkin karena riasan dan gaya rambutnya berbeda dengan yang ada di TV.

"Nostalgia?"

Dobayashi memiringkan kepalanya.

"Meskipun atmosfernya berubah, tapi itu tidak akan bisa menyalakan api."

Dan itu adalah banteng misterius.

"Kamu sudah salah paham, jadi aku akan memberitahumu―――"

Aku duduk di tengah-tengah kerumunan dan mulai membuat api.

Setelah itu api dibuat dengan mudah.

Itu dibungkus rumput mati yang berfungsi sebagai kawah dan ditempatkan di cabang yang dirangkai dalam bentuk piramida segitiga.

Terakhir, aku meniup ringan, dan api unggun selesai.

Api menyala kurang dari satu menit setelah dimulainya pekerjaan.

"―――Tidak seperti kalian, aku bisa membuat api dengan sesuatu yang berasal dari alam."

"""Luar biasa!"""

Peserta lain terkesan dengan keterampilan aku.

"Shinomiya-dono... ini bedakan yang sudah kita bicarakan..."

Tanaka bergegas kearahku.

"Ini adalah akhir dari giliranku, tapi Dobayashi-san, apa yang akan kamu lakukan?"

"Itu ... eh ... itu ..."

"Hmm, itu jawaban yang plin plan. Baiklah, aku akan bertindak sendiri. aku tidak membutuhkan instruktur yang lebih buruk dariku. Tapi, tidak seperti seorang amatir, ada" profesional Itu sebabnya kami tidak ingin terluka, jadi kami menyatakannya di sini. Kami tidak menyalahkan perusahaan tur atas cedera apa pun selama tur. Bergerak bebas-bagaimana dengan ini? Semua orang di sini adalah saksi.""

"Jika itu masalahnya ... aku tidak akan menghentikanmu ..."

"Kalau begitu, ini adalah kelompok dua orang. Dobayashi-san, terima kasih atas langkah Anda selanjutnya."

"Ya"

Dobayashi tertekan dan menjelaskan isi pekerjaan.

Namun, mata semua orang terpaku padaku, dan ceritanya mengalir dari kanan ke kiri.

(Sepertinya aku sedikit berlebihan)

Melihat Dobayashi yang sedih, aku menyesalinya.

Kasus ini seperti pemain liga besar yang datang ke pertandingan ecek ecek.

Aku telah melakukan sesuatu yang salah dengan Dobayashi.

【137 Bonus Chapter: Tur Survival di Pulau Tak Berpenghuni 3/5】

"Kalau begitu aku akan memperagakan membuat tempat tidur di sini."

Seorang instruktur muda akan menggantikan Dobayashi, yang sedang berduka.

Ada label nama di dada yang bertuliskan "Sugibayashi".

Dobayashi dan Sugibayashi ... Itu nama yang membingungkan.

"Tempat tidurnya tenda!?" (Arisa)

Arisa yang pertama kali ikut tur kali ini terkejut.

"Tentu saja, ini adalah tur survival." (Hokage)

"Aku kira tempat tidurnya seperti mengumpulkan bahan-bahan di hutan dan membuat tempat perlindungan alami." (Arisa)

"Tidak ada yang begituan kok" (Hokage)

Para peserta tur akan merakit tenda di padang rumput di luar hutan.

Kami juga mendirikan tenda dengan cara yang sama. Tentu saja itu adalah produk komersial.

Aku membelinya hanya untuk kali ini.

"Nostalgia sekali" (Hokage)

Aku bergumam tanpa sadar.

"Nostalgia?" (Arisa)

"Dulu aku bikin tenda di tur, tapi waktu itu aku pakai tenda hanya untuk pemula, atau untuk tur yang sifatnya casual." (Hokage)

Tur bertahan hidup ini disebut "super otentik".

Selanjutnya, penjelasannya mengatakan, "Kamu akan memperoleh keterampilan bertahan hidup yang nyata."

Kebohongan juga merupakan tempat yang baik.

"Tanaka-kun, lakukanlah yang terbaik sedikit lagi."

"Ini tidak maju sama sekali"

Aku bisa mendengar suara frustrasi para pria.

Dua pria yang termasuk dalam kelompok yang sama dengan Tanaka.

"Maafkan aku ..." (Tanaka)

Tanaka kesulitan merakit tenda.

Tidak heran.

Dia tidak pernah menyentuh tenda di pulau 'itu'.

Dan, awalnya, Tanaka adalah orang yang canggung.

"Yasudah, kita yang akan melakukannya."

"Aaa……" (Tanaka)

Pekerjaan Tanaka direbut.

"hahaha" Dia tertawa sedih .

"Tanaka, entah bagaimana jadi kasihan ..." (Arisa)

"Ini memang tidak bisa dihindari. Aku yakin keahliannya akan segera dibutuhkan. Karena ini survival." (Hokage)

"Itu benar! Di situlah dia akan bersinar!" (Arisa)

Ketika berbicara tentang itu, sekelompok perempuan lain mendekat.

Ini adalah sekelompok 4 perempuan.

Dibandingkan dengan gadis gadis yang bersamaku di pulau 'itu', kecantikannya sekitar 20 poin lebih rendah.

Itu tidak jelek, tapi ... tidak ada yang menarik bagiku.

"Ano, tadi itu membuat apinya benar-benar menakjubkan."

"Kami tidak terlalu bagus dalam hal itu."

"Maukah Anda membantu kami?"

"Kami mohon"

Mereka mengatakannya kepada aku.

"Fumu" (Hokage)

Aku menoleh ke tenda mereka.

Tentu saja itu dibuang di tengah-tengah perakitan.

"Kamu berhasil, Hokage, sepertinya kamu ahli dalam hal itu." (Arisa)

Arisa menyeringai dan memukul punggungku.

Aku menggelengkan kepalaku.

"Aku minta maaf, kalian jangan bergantung pada kelompok lain. Kalian bisa menyelesaikannya dengan rekan-rekan kelompok atau mengandalkan instruktur jika tidak bisa." (Hokage)

"Ehh, kami minta maaf."

Para perempuan terlihat terkejut dan kemudian kembali ke tempat mereka.

"Pelit"
Saat itu, mereka menggumamkan kata-kata buruk kepadaku.

"Ada apa, Hokage. Apakah kamu tidak mau membantunya?" (Arisa)

"Itu karena mereka hanya ingin aku yang bekerja sendirian. Kebanyakan mereka ikut tur saat booming, tapi mereka sudah mulai lelah dan ingin pulang." (Hokage)

"Gak apa apa kan. kalau begitu saja." (Arisa)

"Tidak, itu tidak baik. Aku tidak suka hal semacam itu. Dan juga ..." (Hokage)

"Juga?" (Arisa)

"Mereka itu, tidak terlalu cakep." (Hokage)

"Ujung ujung nya kesitu juga yah" (Arisa)
Lalu Arisa tertawa

"Bagi kelompok yang sudah menyelesaikan merakit tenda silahkan mengumpulkan makanan atau memancing ikan di sungai! Jika kalian tidak mendapatkan apa apa pada malam hari, staf akan memberi makanan yang diawetkan jadi tolong beri tahu kami tentang itu!"
kata Sugibayashi.

"Memancing! Hokage, ayo kita memancing!" (Arisa)

Arisa, yang suka memancing, menanggapi ini.

"Ditempat ini sepertinya sulit unutk memancing, mari kita pergi ke tempat yang berbeda." (Hokage)

"Tempat berbeda? Di mana itu?" (Arisa)

"Yah, jika kamu mengikutiku, kamu akan mengerti." (Hokage)

Aku mendekati Sugibayashi dan aku meminta untuk pergi ke laut.

Sugibayashi setuju dengan nada ringan, "Aku mengerti."

"Akhirnya aku bisa pergi ke tempat yang kuinginkan" (Hokage)

"Hokage, apa kau tahu tentang pulau ini?" (Arisa)

Arisa yang berjalan di sampingku bertanya.

"sedikit saja" Aku menjawab kemudian kami memasuki hutan.

"Bahkan jika aku mengetahuinya, aku tidak memiliki pemahaman yang lengkap tentang itu. aku tidak memiliki pemahaman yang lengkap tentang ekosistem atau apa pun. Namun, ada satu kondisi yang aku khususkan ketika memutuskan tur mana yang akan diambil. " (Hokage)

Tiba di laut melalui hutan.

Berjalan di sepanjang pantai berpasir seperti apa adanya.

"Kamu tidak memilih tur ini secara acak yah?" (Arisa)

"Itulah yang terjadi. Yah, aku berharap aku memiliki tur untuk datang ke pulau ini. aku tidak berpikir aku akan bertemu dengan Tanaka." (Hokage)

Setelah berjalan beberapa saat, aku bisa melihat apa yang aku cari.

"Ah, itu!" (Arisa)

Arisa mengangkat suaranya.

"Agak kumuh dibandingkan dengan pulau 'itu', tapi seperti inilah di Bumi." (Hokage)

Hal nostalgia tercermin dalam pandangan kami.

Itu adalah gua laut.

Itu digunakan sebagai tempat persembunyian untuk waktu yang lama di sebuah pulau tak berpenghuni di isekai.

“Karin mengatakan bahwa dia mengikuti tur dan mengingat masa lalu, tetapi seperti yang dia lihat sebelumnya, tur adalah sandiwara. Setelah mengalami kehidupan di pulau 'itu', aku hanya merasa seperti bermain rumah rumahan.” (Hokage)

"Yah, itu benar." (Arisa)

"Tapi gua lautnya berbeda. Meski tidak sebesar tempat persembunyian di pulau 'itu', gua laut itu hanya mengingatkanku pada masa lalu dan membuatku merasa lebih baik." (Hokage)

"Itu benar!" (Arisa)

Kami memasuki gua laut tanpa ragu-ragu.

Berbeda dengan tempat persembunyian, gua laut di pulau ini bersambung dari pantai berpasir.

Oleh karena itu, tanah di dalam gua pada dasarnya adalah pasir halus.

"Lagi pula, gua laut terasa seperti masa muda kita." (Hokage)

Kami duduk berdampingan di atas pasir dan melihat ke laut.

Ada lembaran vinil di ransel punggungku.

Namun, aku tidak berani meletakkannya.

Ini karena itu akan merusak suasana saja.

"Oh iya, Hokage..." (Arisa)

Setelah beberapa saat, Arisa memecah kesunyian.

"Bukankah aku satu-satunya yang tidak melakukan 'itu' di pulau 'itu'?" (Arisa)

Ini pertanyaan yang sulit untuk dijawab.

Jika biasa.

Namun, tidak demikian halnya dengan hubungan antara aku dan Arisa.

"Betul sekali" (Hokage)

Setelah menjawab, aku menutup mata dan melihat ke belakang.

Mana, Eri, Karin, Meiko, Hinako, Sophia, Amane, Shiori.

Aku berhubungan seks dengan mereka setidaknya beberapa kali.

"Dalam hal ini, hanya Arisa aku tidak melakukan apa pun secara intim." (Hokage)

"Jadi begitu" (Arisa)

Arisa meletakkan kepalanya di bahu kiriku.

Aku mengelus kepalanya untuk menanggapinya.

"Hokage..." (Arisa)

"Aku tahu tanpa kamu mengatakannya" (Hokage)

Kami saling menatap dan bertukar ciuman.

Awalnya, bibir hanya menyentuh ringan.

Berikutnya adalah yang bagian lidah yang terjalin satu sama lain.

"Apakah kamu sudah mengatasi trauma itu?" (Arisa)

Aku memastikan terlebih dahulu sebelum melanjutkan.

Ada alasan kenapa aku tidak melakukan hal intim dengan Arisa di pulau 'itu'.

Karena dia tidak menginginkannya.

Sebelum ditransfer ke pulau 'itu', dia pernah akan diperkosa oleh seorang pekerja paruh waktu.

Akibatnya, ia trauma dengan hubungan seksualnya dengan lawan jenis.

"Aku tidak tahu ... aku selalu berpikir bahwa Hokage itu orang yang baik saat pertama kali bertemu." (Arisa)

"Terima kasih" (Hokage)

Sambil berciuman, perlahan membaringkan Arisa.

Ketika aku membaringkannya, aku mengangkangnya dan melepas pakaianku.

"Hokage, itu, apakah kamu membawanya?" (Arisa)

"Apa itu ..." (Hokage)

Aku mengecek saku bawah celanaku.

"Apakah ini tentang ini?" (Hokage)

Itu adalah kondom yang aku keluarkan.

"Kenapa itu ada di sakumu?" (Arisa)

Arisa tertawa sambil membuat wajahnya merah padam.

"Kan aku sudah pernah bilang, ini untuk jaga jaga seperti pada saat ini." (Hokage)

"Padahal kamu sudah menikah" (Arisa)

"Saat ini berbeda sekarang" (Hokage)

Aku menjilat tengkuk Arisa sambil meremas dada Arisa dari atas pakaiannya.

【138 Bonus Chapter: Tur Survival di Pulau Tak Berpenghuni 4/5 (R18)】

Hal-hal tak terduga ternyata berguna dalam berhubungan seks.

Ini adalah lembaran vinil yang tidak pernah aku pikirkan akan digunakan.

Ini berfungsi untuk meminimalkan pasir yang menempel di tubuh.

"Payudara Arisa tuh besar juga yah." (Hokage)

"Aahh, itu tentu saja ..." (Arisa)

Kami saling melihat tubuh telanjang kami satu sama lain.

Namun, itu belum dimasukkan. Sekarang aku memasukkan penisku di dada Arisa.

Perlahan-lahan bergerak ke atas dan ke bawah untuk memberikan rangsangan lembut pada penisku.

"Hokage, apakah nikmat?" (Arisa)

Arisa membuka mulutnya ketika penisku mendekat dan menjilatnya.

Itu dilakukan atas inisiatifnya sendiri.

"Rasanya nikmat kok. Bagaimana dengan Arisa?" (Hokage)

Sambil bertanya, aku mencubit puting Arisa dengan jariku.

"Itu ... Ahhn ... jangan lakukan itu sambil bertanya, itu curang ..." (Arisa)

"Tapi jika puting saja masih belum puas kan?." (Hokage)

Aku menggeser tangan kananku ke tubuh Arisa.

Tujuan dari jariku adalah merangkak ke vaginanya.

"Itu...damee" (Arisa)

Ketika jariku tengah memasuki vagina, punggung Arisa sangat melengkung.

Dada mencuat ke arah sini.

Jadi saat aku menjilat putingnya, kali ini putingnya mengeras.

"Ahhn, kepalaku ... kepalaku ... kepalaku ..." (Arisa)

"Apa yang terjadi dengan kepalamu?" (Hokage)

"Ini akan menjadi gila" (Arisa)

"Kepalamu akan menjadi gila? Kalau begitu masih belum gila kan." (Hokage)

Aku dengan lembut membelai klitoris dan kemudian pindah ke kakinya.

Aku memasukkan lidahku ke dalam vagina yang basah dengan jus cinta.

Aku menjilat dengan lembut klitoris dan lubang vagina.

Suara desahan bergema di gua.

"Dameeee!" (Arisa)

Teriakan Arisa hampir berteriak.

Seorang pria adalah orang yang ingin melakukan kekerasan jika dia diberitahu bahwa itu tidak baik.

Aku berhenti menjilati dan memasukkan jari tengahku ke dalam vaginanya lagi dan membuatnya menjadi piston.

"Wow, luar biasa, hebat, aku sekarang terhubung dengan Hokage...!" (Arisa)

"Tidak tidak, yang kamu katakan salah? aku bahkan belum memasukkannya." (Hokage)

Aku menarik jariku sambil menyeringai.

"Selama ini aku menggunakan jariku, dan ini adalah senjataku yang sesungguhnya" (Hokage)

Aku memegang penisku dan menggosokkan kepala penisku ke vagina Arisa.

"Ini akan masuk ke lubang kecil ini? Sangat terangsang, kan?" (Hokage)

"Ehh, bohongkan, jika sebesar itu tidak akan masuk…………" (Arisa)

"Tidak apa-apa, lihatha." (Hokage)

Aku memasukkan perlahan penisku.

Menimbang bahwa Arisa masih perawan, pertama hanya bagian ujung saja.

"Ahhhh!" (Arisa)

"Bagaimana Arisa?" (Hokage)

"Luar biasa, ini berbeda dengan jarimu... Ahhn" (Arisa)

"Oi oi, ini masih ujungnya saja, aku akan memasukkannya sedikit lagi." (Hokage)

Aku mendorong penisku secara perlahan sambil berbicara.

Arisa mendapat cum tiga kali sebelum penisku masuk sekitar 0,5 cm.

Aku bahkan belum menggoyangkan pinggulku.

"Apakah tidak sakit?" (Hokage)

"Itu ... huft~ ... huft~ ... sepertinya tidak apa apa ... huft ..." (Arisa)

Arisa menjawab sambil kehabisan napas.

Ini tidak biasa bagi seorang perawan untuk tidak kesakitan.

"Kalau begitu, aku akan mencoba mengerahkan kekuatan sekitar 10% yah?" (Hokage)

Aku mencoba memasukkan penis ke sampai akarnya.

Ciri khas Arisa adalah pengetatannya semakin kencang setiap kali berlangsung.

Pengetatan pada saat kelenjar menyentuh rahim sangat mengerikan.

Itu menakutkan, dan sepertinya aku akan ejakulasi tanpa menggoyangkan pinggulku.

"Ups, aku lupa." (Hokage)

Aku ingat hal yang penting di sini.

Aku bergegas, menarik keluar penisku dari vagina Arisa.

"Apa yang terjadi?" (Arisa)

"Aku lupa memakai kondom." (Hokage)

Aku hanya mengeluarkan tas kondom dan tidak memakainya.

Ini tidak ada artinya untuk kontrasepsi.

"Tunggu bentar. Aku akan memakai kondomnya dulu." (Hokage)

Aku membuka tas kondomku dan mengeluarkan kondom.

Aku meminta Arisa memakaikan kondomnya.

“Bagian ujungnya ditaruh di dalam mulut, kemudian sesuaikan dengan lidah agar tidak lepas.” (Hokage)

Dengan mengatakan itu, aku mendorong penisku yang ereksi penuh ke dalam mulut Arisa.

Aku masukkan penisku ke dalam mulut yang dipakaikan kondom―― ―― dengan ini kondom sudah terpasang.

Era memakai tangan sudah berakhir.

"Dengan ini Oke" (Hokage)

Itu dilanjutkan ketika aku memakai kondom menggunakan mulut Arisa.

Aku memasukkan penisku ke dalam vagina Arisa lagi―― tapi ada masalah di sini.

"Tunggu, sakit, Hokage, tunggu, ini sakit!" (Arisa)

Arisa mulai kesakitan.

"Jika aku pakai kondom apakah kamu kesakitan?" (Arisa)

Saatnya melakukan ekspansi tiga jari nostalgia.

Pertama, dorong jari telunjukku ke dalam vagina Arisa.

Kemudian aku masukkan jari tengahku dan jari manisku sesuai urutan itu.

Itu menjadi sedikit berantakan karena aku ingin memasukkannya dengan cepat.

"Hebat, gawat, yang kayak gini semua orang sudah mengalaminya di pulau 'itu'." (Arisa)

Arisa dengan ekspresi kenikmatan.

"Ya Semuanya kecuali Arisa juga kenikmatan karena ini." (Hokage)

Perluasan selesai, jadi aku masukkan penisku lagi.

Tapi itu tidak bagus.

"Sakit, sakit!"

Arisa kesakitan.

"Kalau gini aku tidak bisa memakai kondomnya." (Hokage)

Mungkin vagina menolak kondom.

Tekstur kondom benar-benar tidak sesuai dengan kulit.

"Mau bagaimana? Mau raw sex? Atau apakah berhenti di sini?" (Hokage)

Aku meremas penis dengan tangan kiriku dan meraba-raba klitoris Arisa dengan tangan kananku.

"Berhenti... aku tidak mau berhenti... Hokage, lanjutkanlah..." (Arisa)

"Oke. Aku akan berusaha cum diluar." (Hokage)

Aku melepas kondom dan memasukkan penisku secara raw.

Tidak peduli seberapa tipis kondomnya, tetap saja itu tidak tertandingi dengan kenikmatan memasukkannya raw.

Kehangatan vagina yang dirasakan langsung membuat penisku senang.

"Apakah sakit?" (Hokage)

"Tidak apa-apa, rasanya sangat nikmat" (Arisa)

Arisa mengulurkan tangannya di sini.

Aku meletakkan tubuh bagian atasku dengan penisku dimasukkan di vagina Arisa dan menindih tubuh Arisa.

Aku juga menciumnya.

"Gerakkanlah" (Arisa)

Setelah mengatakan begitu dan aku mulai menggerakkan seperti piston.

Pada awalnya, aku merangsang rahim dengan gerakan lembut.

Setiap kali kepala penisku menekan ke rahim, vaginanya mengencang.

"Hokage, ahh, ahh... terus!" (Arisa)

Saat ayunan pinggulku menjadi lebih intens, suara Arisa juga menjadi lebih intens.

Arisa memutar anggota gerak tubuhnya di sekitar tubuhku dan menempel erat.

"Arisa, aku kenikmatan, aku jadi makin terangsang." (Hokage)

Sebenarnya, itu adalah seks pertama dalam sebulan.

Karin sengaja meninggalkannya agar menjadi liar di tur ini.

Aku menjalani kehidupan pertapa neraka yang masturbasi juga dilarang.

Untuk alasan itu, libido ku sudah terkumpul.

"Nikmatnya, Arisa, ini pengetatan yang hebat." (Hokage)

Lambat laun, aku tidak mampu untuk bermain.

Aku memalingkan kepalaku dan menggelengkan pinggulku tanpa berpikir.

Seperti yang sudah aku lakukan berkali-kali di pulau 'itu'.

"Ah...ahn...ah..." (Arisa)

Suara desahan Arisa semakin lemah.

Itu karena dia mendapat cum berkali-kali.

Kepalanya akan pecah karena terlalu banyak kenikmatan.

Fokus mata Arisa tidak tetap, dan dia terus meneteskan air liur.

Setiap kali aku menggoyangkan pinggulku, air liur keluar dari mulutnya.

"Sepertinya akan cum... aku akan cum ya?" (Hokage)

"Ah ... u ... n ..." (Arisa)

Arisa mengangguk kecil.

Mungkin aku tidak bisa mendengar kata-katanya dengan benar.

"Tenang saja, aku akan mengeluarkan di dada――" (Hokage)

*Dopyupururu!

Aku mulai ejakulasi saat aku mengatakannya.

Penis layu dan sperma menyebar di vagina.

Rahimnya dengan cepat dipenuhi dengan spermaku.

"Maaf, aku cum di dalam." (Hokage)

sperma tidak berhenti bahkan sekarang.

Tangki spermaku bermasalah karena aku sudah lama menyimpannya.

"Tidak apa apa... aku senang..." (Arisa)

Arisa meletakkan tangannya di belakang kepalaku dan membawanya lebih dekat padaku.

Dan kami saling berciuman memakai lidah.

"Sekalian saja, biarkan cum juga di mulut atasku, karena jarang ada kesempatan lagi." (Arisa)

Saat aku berdiri, aku menarik pergelangan tangan Arisa dan memaksanya untuk duduk.

Kemudian, aku menekan penisku yang tertutup sperma ke mulutnya.

Arisa menerimaku, membuka mulutnya dan menghisap.

Anak aku sembuh dalam sekejap mata.

Itu adalah awal babak kedua tanpa istirahat.

"Bagaimanapun, mulut bagian atas juga merupakan mahakarya." (Hokage)

Aku memegang bagian belakang kepala Arisa dengan kedua tanganku dan mulai menggoyangkan pinggulku.

Dia memiliki lengan tergantung di sekitar.

Tangannya terkulai lemas dan tidak ada kekuatan yang tersisa.

"Dimana aku akan cum, mulut atau di wajah, mana yang kamu mau?" (Hokage)

Aku menarik keluar penisku dari mulut Arisa dan menanyakannya.

Menunggu balasan sambil mengocok penisku yang menjadi berderit dengan tangan.

"Em... um..." (Arisa)

Arisa berpikir dengan mata lembut.

Jawabannya terlambat, jadi aku yang memutuskan.

"Kalau begitu, dua-duanya yah." (Hokage)

Pertama, ejakulasi di mulut Arisa.

Kemudian aku menarik keluar penisku, mengocoknya dengan tangan kanan aku, dan bukkake di wajah Arisa.

"Putih lengket ... luar biasa ..." (Arisa)

Arisa yang menyendok sperma di wajahnya dengan jarinya sambil meneteskan sperma dari mulutnya.

"Minumlah dengan benar yah" (Hokage)

"Ya" (Arisa)

Arisa menjilat dan menelan sperma seperti yang aku minta.

Aku sangat puas ketika aku melihatnya.

Perasaan yang sudah lama tidak aku rasakan.

Aku ingat nostalgia.

Aku duduk di sebelah Arisa.

(Dengan ini, sudah komplit.)

Daftar perempuan yang berhubungan seks denganku.

Mana, Eri, Karin, Meiko, Hinako, Sophia, Amane, Shiori――.

Arisa akhirnya ditambahkan di sana.

Pecahan terakhir yang telah lama hilang terkubur.

【139 Bonus Chapter: Tur Survival di Pulau Tak Berpenghuni 5/5】

Selama tur, Arisa dan aku berhubungan seks berkali-kali.

Tempat tenda dipisahkan dari orang lain, dan seks gila di pagi dan malam hari.

Tanpa menjelajahi pulau tak berpenghuni, aku memanjakan diri dalam seks entah pada saat aku tidur atau bangun.

"Semuanya Terima kasih atas kerja kelas kalian ! Saatnya kita pulang!"

Hari terakhir dua malam tiga hari.

Di pagi hari, Sugibayashi mengeluarkan instruksi untuk pulang.

Kami dengan patuh mengikuti dan mengemasi barang bawaan kami dan menuju laut.

"Apakah boleh melakukan ini sampai aku naik perahu?" (Arisa)

Arisa berpegangan tangan.

"Tentu saja" (Hokage)

Kami menggoda tanpa mengkhawatirkan orang melihat.

Tidak peduli Arisa adalah idola di TV.

Tidak ada yang kecewa dengan kami.

Karena ada pasangan lain.

Ternyata, survival tur ini juga dijadikan tempat pertemuan.

Sugibayashi juga bergandengan tangan dengan para peserta karena kebiasaan instruktur.

Namun, tapi――.

"Sepertinya itu tidak berjalan dengan baik yah?" (Hokage)

"Benar sekali ..." (Tanaka)

Tampaknya Tanaka tidak dapat menemukan pasangan.

Ia menunduk dengan wajah sedih.

Ada dua pria lain dalam kelompoknya, tetapi mereka juga tidak berhasil.

Rupanya, mereka memperebutkan satu-satunya wanita dalam kelompok itu.

Namun, wanita itu terjebak dengan sekelompok pria lain.

Ini seperti di mana putri Otasa diperebutkan oleh pria pria yang akan memakannya.

"Shinomiya-dono bukankah sudah punya Karin-dono, tetapi apakah kamu melakukan hal terlarang dengan Arisa-dono?."

"Kami melakukannya. Kemarin dan lusa saja, aku sudah melakukannya lebih dari 30 kali." (Hokage)

"Itu tindakan yang tidak etis dan keterlaluan." (Tanaka)

"Tidak apa-apa karena secara resmi Karin sudah menyetujuinya. Hanya selama aku di pulau ini." (Hokage)

"Apa ...!" (Tanaka)

"Sayang sekali yah, Tanaka. Mungkin, itu akan berhasil lain kali!." (Arisa)

Arisa menghibur Tanaka sambil memukul punggungnya.

"Kalau begitu, Arisa-dono, tolong berpasangan denganku." (Tanaka)

"Hah? Apakah kamu akan mengundangku?" (Arisa)

"Karena, kamu berhubungan dengan Shinomiya-dono hanya di pulau ini? Kalau begitu, kamu akan bebas setelah meninggalkan pulau ini kan. Jadi aku yang akan menggantikannya." (Tanaka)

"Tentu saja itu tidak boleh."
Aku yang mengatakan itu.

Di sisi lain, jawaban Arisa berbeda.

"Tidak masalah kok"

Arisa menerimanya dengan mudah.

""Eh""

Ini tidak hanya mengejutkanku tetapi juga Tanaka.

"Apakah benar benar boleh?" (Tanaka)

"Ya" (Arisa)

Arisa mengangguk dan kemudian tersenyum.

"Tapi setelah Hokage?" (Arisa)

"Mmmm" (Tanaka)

"Tanaka, bisakah kamu memuaskanku setelah Hokage?" (Arisa)

"itu ……" (Tanaka)

"Jika kamu yakin bahwa aku akan puas, aku akan berurusan denganmu." (Arisa)

Tanaka dengan cepat mengkonfirmasi wajahku dan Arisa.

lalu ――――.

"Kali ini aku akan berhenti disini..." (Tanaka)

"Kamu tahu itu dengan baik!" Arisa tertawa senang.

"Tenang saja! kamu adalah temanku yang menghabiskan waktu bersama di pulau 'itu'. Aku akan memperkenalkanmu pada orang yang gila seks. Meskipun aku membencinya tapi dia adalah temanku juga. Dia akan menerima perjakamu dengan senang hati.." (Arisa)

"Apakah itu benar?" (Tanaka)

"Suer deh. Malah jangan terlalu kecanduan. Jika kecanduan kamu akan rusak karenanya." (Arisa)

"Tidak apa-apa! Uang mudah dicari!" (Tanaka)

Tanaka mengepalkan kedua tangannya dan berteriak.

"Ini Mantaro Tanaka, saatnya untuk akhirnya lulus dari perjaka ...!" (Tanaka)

"Apakah ini benar-benar baik-baik saja?" (Hokage)
aku memiliki senyum pahit.

Aku hanya bisa melihat Tanaka di masa depan yang akan diperas dan dibuang sampai tidak ada kalimat.

"Kalau begitu mari naik ke kapal!"

kata Sugibayashi.

Kami mengikuti instruksi dan naik feri yang menunggu.

Setelah semua anggota naik, kapal mulai meninggalkan pulau.

Pada saat yang sama, Arisa melepaskan tangannya.

"Hei, Hokage, Tanaka" (Arisa)

"Hm?" "Ada apa?"

"Ayo buat foto kenang-kenangan" (Arisa)

"Foto kenang-kenangan, ide yang bagus" (Hokage)

"Aku setuju!" (Tanaka)

Kami pindah ke sudut geladak dan berdiri berdampingan.

Arisa ada di tengah, dan aku dan Tanaka ada di kedua sisi.

"Siap siap"

Arisa mengaktifkan kamera depan smartphone.

Wajah kami bertiga entah bagaimana pas di layar.

"Satu dua..!"

Bertemanlah dengan senyuman terbaik.

Pada saat yang sama, sebuah suara terdengar dari smartphone.

"Oke, aku punya foto yang bagus! Aku akan mengirimkannya ke semua orang!"

Arisa kembali ke kapal.

Ini karena kondisi sinyal smarkphone di geladak yang buruk dan sulit untuk mengirimkan gambar.

"Shinomiya-dono" (Tanaka)

Tanaka berbicara kepadaku segera setelah Arisa menghilang.

"Ada apa?" (Hokage)

"Sebenarnya, Shinomiya-dono ada sesuatu yang aku rahasiakan dengan semuanya." (Tanaka)

"Hmm" (Hokage)

Ekspresi wajah Tanaka sepertinya sedang serius.

Apakah itu menyembunyikan sesuatu yang tidak biasa?

"Aku hanya berbicara INI di sini." (Tanaka)

"Dengan kata lain, aku tidak boleh mengungkitnya lagi." (Hokage)

"Itu benar, tapi aku ingin merahasiakannya sebisa mungkin." (Tanaka)

"Oke, tentu saja aku akan merahasiakannya, tapi apa rahasianya?" (Hokage)

Saat itu, angin kencang bertiup.

Kami terpesona.

Meski begitu, rambut Tanaka tidak bergerak sama sekali.

Tampaknya mengeras dengan lilin.

"sebenarnya……"

Setelah melirik pulau tak berpenghuni di kejauhan, Tanaka menatapku dan berkata.

"Saat aku tinggal bersama semua orang di pulau 'itu'..."

*Glek.

Aku menelan ludah karena tegang.

Ekspresi Tanaka serius, itulah sebabnya aku takut.

Sementara itu, kalimat yang Tanaka katakan selanjutnya adalah――.

"Aku minta maaf untuk beberapa kali diam-diam membuat bacol (bahan coli) untuk menghibur diriku sendiri, tapi aku minta maaf karena Arisa-doo jauh lebih banyak daripada Eri-dono." (Tanaka)

Aku membuka mulutku dengan pelan dan mengeras.

Setelah dibiarkan selama sekitar 10 detik, itu menunjukkan reaksi.

"Eeeehh! Bohongkan" (Hokage)

"Iya benar" (Tanaka)

"Meski kau sudah mengejar-ngejar Eri sampai segitunya, tapi kau Tanaka malah..." (Tanaka)

Itu adalah rahasia yang sangat konyol.

Tetapi――.

"Aku terkejut, tapi itu rahasia yang tidak penting." (Hokage)

"Huh! Kau jahat sekali! Dan juga ini hanya pembicaraan disini saja loh!" (Tanaka)

"Itu tidak akan menyebar, aku tidak ingin dibenci olehmu, jadi aku akan diam." (Hokage)

Aku tertawa dan menuju Arisa.

Tanaka juga datang dengan ekspresi senang.

Begitulah tur bertahan hidup pulau tak berpenghuni berakhir.

Prev Chapter
Next Chapter
Prev Chapter
Next Chapter